عَنِ ابْنِ شِهَابٍ قَالَ : أَخْبَرَنِي
مَحْمُودُ بْنُ الرَّبِيعِ الأَنْصَارِيُّ أَنَّ عِتْبَانَ بْنَ مَالِكٍ وَهُوَ مِنْ
أَصْحَابِ رَسُولِ اللهِ صلى الله عليه وسلم مِمَّنْ شَهِدَ بَدْرًا مِنَ الأَنْصَارِ
- أَنَّهُ أَتَى رَسُولَ اللهِ صلى الله عليه وسلم فَقَالَ يَا رَسُولَ اللهِ قَدْ
أَنْكَرْتُ بَصَرِي وَأَنَا أُصَلِّي لِقَوْمِي فَإِذَا كَانَتِ الأَمْطَارُ سَالَ
الْوَادِي الَّذِي بَيْنِي وَبَيْنَهُمْ لَمْ أَسْتَطِعْ أَنْ آتِيَ مَسْجِدَهُمْ فَأُصَلِّيَ
بِهِمْ وَوَدِدْتُ يَا رَسُولَ اللهِ أَنَّكَ تَأْتِينِي فَتُصَلِّيَ فِي بَيْتِي فَأَتَّخِذَهُ
مُصَلًّى قَالَ فَقَالَ لَهُ رَسُولُ اللهِ صلى الله
عليه وسلم سَأَفْعَلُ إِنْ شَاءَ اللَّهُ قَالَ عِتْبَانُ فَغَدَا رَسُولُ اللهِ :
وَأَبُو بَكْرٍ حِينَ ارْتَفَعَ النَّهَارُ فَاسْتَأْذَنَ رَسُولُ اللهِ صلى الله عليه
وسلم فَأَذِنْتُ لَهُ فَلَمْ يَجْلِسْ حَتَّى دَخَلَ الْبَيْتَ ثُمَّ قَالَ أَيْنَ
تُحِبُّ أَنْ أُصَلِّيَ مِنْ بَيْتِكَ قَالَ فَأَشَرْتُ لَهُ إِلَى نَاحِيَةٍ مِنَ
الْبَيْتِ فَقَامَ رَسُولُ اللهِ صلى الله عليه وسلم فَكَبَّرَ فَقُمْنَا فَصَفَّنَا
فَصَلَّى رَكْعَتَيْنِ
Artinya:
“Dari Ibnu Syihab berkata, telah menceritakan kapadaku Mahmud bin Ar Rabi'
Al Anshari bahwa 'Itban bin Malik seorang sahabat Rasulullah shallallahu
'alaihi wasallam yang pernah ikut perang Badar dari kalangan Anshar, dia pernah
menemui Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam dan bersabda: "Wahai
Rasulullah, pandanganku sudah buruk sedang aku sering memimpin shalat kaumku.
Apabila turun hujun, maka air menggenangi lembah yang ada antara aku dan mereka
sehingga aku tidak bisa pergi ke masjid untuk memimpin shalat. Aku menginginkan
Tuan dapat mengunjungi aku lalu shalat di rumahku yang akan aku jadikan sebagai
tempat shalat." Mahmud berkata, "Kemudian Rasulullah shallallahu
'alaihi wasallam bersabda kepadanya: "Aku akan lakukan insyaallah."
'Itban berkata, "Maka berangkatlah Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam
dan Abu Bakar ketika siang hari, beliau lalu meminta izin lalu aku
mengizinkannya, dan beliau tidak duduk hingga beliau masuk ke dalam rumah.
Kemudian beliau bersabda: "Mana tempat di rumahmu yang engkau suka jika aku mengimami sholat kalian."
Maka aku tunjukkan tempat di sisi rumah. Nabi shallallahu 'alaihi wasallam lalu
berdiri dan takbir. Sementara kami berdiri membuat shaf di belakang beliau,
beliau shalat dua rakaat kemudian salam." HR Bukhori
BARZANJI,
DZIBA’AN, BURDAHAN DAN MANAQIBAN.
وَقَدْ وَرَدَ فِي الْآثَرِ عَنْ سَيِّدِ
الْبَشَرِ أَنَّهُ قَالَ : "مَنْ وَرَّخَ مُؤْمِنًا فَكَأَنَّمَا أَحْيَاهُ ،
وَمَنْ قَرَأَ تَارِيْخَهُ فَكَأَنَّمَا زَارَهُ ، وَمَنْ زَارَهُ فَقَدْ اسْتَوْجَبَ
رِضْوَانَ اللهِ تَعَالَى فِي حُرُوْرِ الْجَنَّةِ" [1]
Terdapat
dalam sebuah atsar dari junjungan manusia saw., sesungguhnya beliau bersabda,
“barang siapa menyusun (menulis) biografi seorang mukmin, maka ia seperti
menghidupkannya kembali. Dan barang siapa membaca sejarahnya, maka seolah-olah
ia menghubunginya, dan barang siapa yang mengunjunginya, maka ia berhak
mendapat ridlo alloh di surga. Dan sudah seharusnya bagi seseorang memuliakan
orang yang mengziarahinya.”
مَنْ كَتَبَ تَارِيْخَ وَلِيٍ كَانَ مَعَهُ
يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَمَنْ طَلَعَ اسْمَهُ فِى التَّارِيْخِ حُبًّا لَهُ
فَكَأَنَّمَا زَارَهُ.[2]
Barang
siapa menulis sejarah seorang wali, maka ia akan bersamanya kelak dihari
qiamat, dan barang siapa membaca namanya dalam buku sejarah karena kecintaan
padanya, maka seolah ia telah menziarahinya (Syaikh Abu Bakar al-Asykhor).
Mushofahah
(bersalaman) dengan orang yang bersalaman dengan Nabi
مَنْ صَافَحَنِي أَوْصَافَحَ مَنْ صَافَحَنِي
اِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ دَخَلَ الْجَنَّةَ (مسلسلا عن الشيوخ)
Barang
siapa bersalaman denganku atau bersalaman dengan orang yang bersalaman dengan
orang yang bersalaman denganku -dan seterusnya- sampai hari qiyamat maka ia
akan masuk surga. (Hadits musalsal dari para guru)
Mencium
tangan orang sholeh
وَأَخْرَجَ الْبُخَارِي فِي الْأَدَبِ الْمُفْرَدِ عَنْ صُهَيْبٍ قَالَ: رَأَيْتُ عَلِيّاً رضي الله
عَنْهُ يُقَبِّلُ يَدَ الْعَبَّاسِ وَرِجْلَهُ.
Imam
Al-Bukhori mengeluarkan Hadits dalam Al-Adab al-Mufrod dari shahabat Shuhaib
beliau berkata “Aku melihat shahabat Ali mencium tangan dan kaki sayyid Abbas” (HR. Bukhori)
رَوَى الْحَاكِمُ وَ الْبَيْهَقِي وَصَحَّحَهُ
ابْنُ عَسَاكِرَ وَابْنُ عَبْدِالْبَرِّ عَنِ الشَّعْبِي قَالَ: صَلَّى زَيْدٌ بن ثَابِتٍ
عَلَى جَنَازَةِ أُمِّهِ، ثُمَّ قُرِّبَتْ لَهُ بِغْلَتُهُ لِيَرْكَبَهَا فَجَاءَهُ
ابْنُ عَبَّاسٍ رضي الله عنهما فَأَخَذَ بِرِكَابِهِ فَقَالَ زَيْدٌ: خَلِّ عَنْكَ
يَا ابْنَ عَمِّ رَسُوْلِ الله صلى الله عليه وسلم، فَقَالَ: هَكَذَا نَفْعَلُ بِالْعُلَمَاءِ،
فَقَبَّلَ زَيْدٌ ابْنَ عَبَّاسٍ رضي الله عنه، وَقَالَ: هَكَذَا أُمِرْنَا أَنْ نَفْعَلَ
بِآلِ بَيْتِ نَبِيِّنَا.
Imam
Al-Hakim dan Imam Al-Baihaqi meriwayatkan hadits dan dishohihkan oleh Ibnu
Asakir dan Ibnu Abdi al-Bar dari Imam
Sya’bi beliau berkata “ setelah Zaid bin Tsabit usai menshalati janazah ibunya,
bighol beliau didekatkan untuk dinaikinya kemudian ibnu Abbas menghampirinya
seraya memegang kendali kendaraannya, maka zaid berkata”saya mohon lepaskan
kendali itu darimu wahai putra paman Rosululloh
SAW. Maka ibnu Abbas berkata “seperti inilah Sikap kami pada para
ulama”, maka Zaid mencium tangan ibnu Abbas seraya berkata “ seperti inilah
sikap kami terhadap ahli bait nabi. (HR. Al-Hakim dan Al-baihaqi).
Pen:
Islam mengajarkan untuk senantiasa mengagungkan para ulama dan orang-orang
sholeh, mencium tangan merupakan salah satu perwujudan sikap hormat dan
memulyakan mereka.
Tabaruk
dengan darah Nabi
قَالَ
صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ :
مَنْ خَالَطَ دَمِي دَمَهُ لَا تَمُسُّهُ النَّارُ ( رواه الطبراني )
Barang
siapa mencampur darahnya dengan darahku maka ia tidak akan tersentuh api
neraka. (HR.
Ath-Thabrani).
Pen : Ini kutipan sabda Nabi dari
hadits yang menceritakan shahabat Malik
bin Sinan setelah
menghisap darah pada luka diwajah rosululloh SAW. Saat perang uhud
Tabarruk
dengan bekas bibir Nabi
رَوَى الْإِمَامُ أَحْمَدُ وَغَيْرُهُ ،
عَنْ أَنَسٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ ، أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
دَخَلَ عَلَى أُمُّ سُلَيْمٍ وَفِي الْبَيْتِ قِرْبَةٌ مُعَلَّقَةٌ ، فَشَرِبَ مِنْ
فِيْهَا - أَيْ مِنْ فَمِ الْقِرْبَةِ - وَهُوَ قَائِمٌ ، قَالَ أَنَسٌ : فَقَطَعَتْ
أُمُّ سُلَيْمٍ فَمَ الْقِرْبَةِ فَهُوَ عِنْدَنَا.
Al-Imam
Ahmad dan periwayat hadits lain meriwayatkan dari Shahabat Anas bin Malik ra.
Bahwa Nabi SAW. Berkunjung kepada sayyidah Ummu Sulaim dan didalam rumah ada
wadah air minum terbuat dari kulit yang
digantungkan, kemudian nabi minum dari ujung wadah air tersebut dengan berdiri.
Shahabat Anas berkata “ kemudian ummu Sulaim memotong ujung wadah air tersebut
dihadapan Nabi” . (HR. Ahmad dan Thobroni).
Pen. Ummu Sulaim memotong pucuk wadah
air yang tersentuh bibir Rosululloh SAW.
saat beliau minum dan menyimpannya agar mendapat berkah dengan barang
tersebut.[3]
Tabarruk
Dengan Baju Rasulullah SAW
عَنْ عَبْدِ اللَّهِ مَوْلَى أَسْمَاءَ
بِنْتِ أَبِى بَكْرٍ وَكَانَ خَالَ وَلَدِ عَطَاءٍ قَالَ قَالَتْ أَسْمَاءُ هَذِهِ
جُبَّةُ رَسُولِ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم-. فَأَخْرَجَتْ إِلَىَّ جُبَّةَ طَيَالَسَةٍ
كِسْرَوَانِيَّةً لَهَا لِبْنَةُ دِيبَاجٍ وَفَرْجَيْهَا مَكْفُوفَيْنِ بِالدِّيبَاجِ
فَقَالَتْ هَذِهِ كَانَتْ عِنْدَ عَائِشَةَ حَتَّى قُبِضَتْ فَلَمَّا قُبِضَتْ قَبَضْتُهَا
وَكَانَ النَّبِىُّ -صلى الله عليه وسلم- يَلْبَسُهَا فَنَحْنُ نَغْسِلُهَا لِلْمَرْضَى
يُسْتَشْفَى بِهَا. (رواه مسلم)
Artinya
: Dari Abdullah budak Asma’, beliau jug paman dari putranya Atho’. ‘Atho’
berkata: “Asma’ berkata: “Ini adalah jubah rasulullah SAW”. Ia memperlihatkan
kepada saya sebuah jubah kekaisaran yang berwarna hijau dan berkerah sutera,
sedangkan kedua sisinya dijahit dengan sutera seraya berkata; “Hai Abdullah,
ini adalah jubah Rasulullah.” Setelah itu, ia meneruskan ucapannya: “Jubah ini
dahulu ada pada Aisyah hingga ia meninggal dunia. Setelah ia meninggal dunia,
maka aku pun mengambilnya. Dan dahulu Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam
sering mengenakannya. Lalu kami pun mencuci dan membersihkannya untuk orang
sakit agar ia lekas sembuh dengan mengenakannya”.”
Tabaruk
dengan mencium tangan orang yang telah menyentuh nabi
عَنْ عَبْدِ الرَّحْمنِ بْنِ رَزِيْنٍ قَالَ
: مَرَرْنَا بِالرّبَذَةِ فَقِيْلَ لَنَا : هَهُنَا سَلَمَةَ بْنِ الأَكْوَعِ رَضِيَ
اللهُ عَنْهُ ، فَأَتَيْنَا فَسَلَّمْنَا عَلَيْهِ فَأَخْرَجَ يَدَيْهِ فَقَالَ : بَايَعْتَ
بِهَاتَيْنِ نَبِيَ اللهِ - صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ - ، فَأَخْرَجَ لَهُ كفاً
لَهُ ضَخْمَةً كَأَنَّهَا كَفُّ بَعِيْرٍ ، فَقُمْنَا إِلَيْهَا فَقَبَّلْنَاهَا
dari
Abdurrahman ibnu Razin, ia berkata, “Aku berjalan melewati Ribdzah lalu
dikatakan kepadaku, “Di sini terdapat Salamah ibnu Al Akwa’ RA. Kemudian aku
mendatangi dan memberi salam kepadanya. Lalu Salamah menjulurkan kedua
tangannya dan berkata, “Saya telah membai’at Nabi Saw dengan kedua tanganku
ini.” Salamah mengeluarkan telapak tangannya yang besar seperti telapak kaki
unta. Kemudian kami berdiri dan menciumi tangannya.
Hadits
ini dikeluarkan oleh imam bukhori dalam al adabul mufrod. Hal 144. Imam al bani
menilai hadits ini hasan.
Tabaruk
dengan bekas telapak kaki nabi
أَخْبَرَنَا إِبْرَاهِيمُ بْنُ
يَعْقُوبَ قَالَ حَدَّثَنَا أَبُو النُّعْمَانِ قَالَ حَدَّثَنَا حَمَّادُ بْنُ
سَلَمَةَ عَنْ عَاصِمٍ الْأَحْوَلِ عَنْ أَبِي مِجْلَزٍ أَنَّ أَبَا مُوسَى كَانَ
بَيْنَ مَكَّةَ وَالْمَدِينَةِ فَصَلَّى الْعِشَاءَ رَكْعَتَيْنِ ثُمَّ قَامَ
فَصَلَّى رَكْعَةً أَوْتَرَ بِهَا فَقَرَأَ فِيهَا بِمِائَةِ آيَةٍ مِنْ
النِّسَاءِ ثُمَّ قَالَ مَا أَلَوْتُ أَنْ أَضَعَ قَدَمَيَّ حَيْثُ وَضَعَ رَسُولُ
اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَدَمَيْهِ وَأَنَا أَقْرَأُ بِمَا
قَرَأَ بِهِ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ (رواه النسائي 3/243)
Telah
mengabarkan kepada kami Ibrahim bin Ya'qub, dia berkata: “Telah menceritakan
kepada kami Abu An Nu'man dia berkata: “Telah menceritakan kepada kami Hammad
bin Salamah dari 'Ashim Al Ahwal dari Abu Mijlaz bahwasanya Abu Musa pernah
berada di antara Makkah dan Madinah, dia shalat Isya' dua rakaat, kemudian
berdiri, lalu shalat satu rakaat sebagai witir dengan membaca seratus ayat dari
surah An-Nisaa'.”. Kemudian dia berkata: "Aku tidak menyia-nyiakan untuk
menapakkan telapak kakiku dimana Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam
menapakkan telapak kakinya, dan aku membaca sebagaimana Rasulullah shallallahu
'alaihi wasallam membacanya."
Tabarruk
Dengan Makam Nabi
Mengenai Tabarruk dengan maqom nabi,
berikut kami sampaikan potongan hadits dari Imam bukhori yang menceritakan
tentang wafatnya Kholifah ‘Umar ra. Beliau mngutus putranya, Abdullah untuk
menemui Sayyidah ‘Aisyah.
انْطَلِقْ إِلَى عَائِشَةَ أُمِّ
الْمُؤْمِنِينَ فَقُلْ يَقْرَأُ عَلَيْكِ عُمَرُ السَّلَامَ وَلَا تَقُلْ أَمِيرُ
الْمُؤْمِنِينَ فَإِنِّي لَسْتُ الْيَوْمَ لِلْمُؤْمِنِينَ أَمِيرًا وَقُلْ
يَسْتَأْذِنُ عُمَرُ بْنُ الْخَطَّابِ أَنْ يُدْفَنَ مَعَ صَاحِبَيْهِ فَسَلَّمَ
وَاسْتَأْذَنَ ثُمَّ دَخَلَ عَلَيْهَا فَوَجَدَهَا قَاعِدَةً تَبْكِي فَقَالَ
يَقْرَأُ عَلَيْكِ عُمَرُ بْنُ الْخَطَّابِ السَّلَامَ وَيَسْتَأْذِنُ أَنْ
يُدْفَنَ مَعَ صَاحِبَيْهِ فَقَالَتْ كُنْتُ أُرِيدُهُ لِنَفْسِي وَلَأُوثِرَنَّ
بِهِ الْيَوْمَ عَلَى نَفْسِي فَلَمَّا أَقْبَلَ قِيلَ هَذَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ
عُمَرَ قَدْ جَاءَ قَالَ ارْفَعُونِي فَأَسْنَدَهُ رَجُلٌ إِلَيْهِ فَقَالَ مَا
لَدَيْكَ قَالَ الَّذِي تُحِبُّ يَا أَمِيرَ الْمُؤْمِنِينَ أَذِنَتْ قَالَ
الْحَمْدُ لِلَّهِ مَا كَانَ مِنْ شَيْءٍ أَهَمُّ إِلَيَّ مِنْ ذَلِكَ فَإِذَا
أَنَا قَضَيْتُ فَاحْمِلُونِي ثُمَّ سَلِّمْ فَقُلْ يَسْتَأْذِنُ عُمَرُ بْنُ
الْخَطَّابِ فَإِنْ أَذِنَتْ لِي فَأَدْخِلُونِي وَإِنْ رَدَّتْنِي رُدُّونِي
إِلَى مَقَابِرِ الْمُسْلِمِينَ (رواه البخارى)
Temuilah
'Aisyah, Ummul Mu'minin radliallahu 'anha, dan sampaikan salam dari 'Umar dan
jangan kalian katakan dari Amirul Muminin karena hari ini bagi kaum mu'minin
aku bukan lagi sebagai pemimpin dan katakan bahwa 'Umar bin Al Khaththab
meminta izin untuk dikuburkan di samping kedua shahabatnya". Maka
'Abdullah bin 'Umar memberi salam, meminta izin lalu masuk menemui 'Aisyah
radliallahu 'anha. Ternyata 'Abdullah bin 'Umar mendapatkan 'Aisyah radliallahu
'anha sedang menangis. Lalu dia berkata; "’Umar bin Al Khathtab
menyampaikan salam buat anda dan meminta ijin agar boleh dikuburkan disamping
kedua sahabatnya (Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam dan Abu Bakr
radliallahu 'anhu) ". 'Aisyah radliallahu 'anha berkata; "Sebenarnya
aku juga menginginkan hal itu untuk diriku namun hari ini aku tidak akan lebih
mementingkan diriku". Ketika 'Abdullah bin 'Umar kembali, dikatakan kepada
'Umar; "Ini dia, 'Abdullah bin 'Umar sudah datang". Maka 'Umar
berkata; "Angkatlah aku". Maka seorang laki-laki datang menopangnya.
'Umar bertanya: "Berita apa yang kamu bawa?". Ibnu 'Umar menjawab;
"Berita yang anda sukai, wahai Amirul Mu'minin. 'Aisyah telah mengizinkan
anda". 'Umar berkata; "Alhamdu lillah. Tidak ada sesuatu yang paling
penting bagiku selain hal itu. Jika aku telah meninggal, bawalah jasadku
kepadanya dan sampaikan salamku lalu katakan bahwa 'Umar bin Al Khaththab meminta
izin. Jka dia mengizinkan maka masukkanlah aku (kuburkan) namun bila dia
menolak maka kembalikanlah jasadku ke kuburan Kaum Muslimin (HR. Bukhori)
Tabarruk
Dengan Orang Shaleh
عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ أَنَّ النَّبِيَّ صلى
الله عليه وسلم قَالَ "الْبَرَكَةُ مَعَ أَكَابِرِكُمْ"
Dari ibnu abbas, sesungguhnya
rasululloh saw bersabda: “barokah Alloh swt. bersama orang-orang besar di
antara kalian.”(HR.Ibnu Hibban).
PEN. Hadits ini mendorong dan
mengajurkan kepada siapa saja yang menginginkan barokah dalam setiap urusan dan
segala hajat untuk senantiasa mendekat kepada para ulama dan orang-orang
sholeh.[4]
Tabarruk
dengan makam orang sholeh
سَمِعْتُ الشَّافِعِيَّ يَقُوْلُ: اِنِّي
لَأَتَبَرَّكُ بِأَبِي حَنِيْفَةَ وَأَجِيْءُ اِلَى قَبْرِهِ فِي كُلِّ يَوْمٍ فَإِذَا
عُرِضَتْ لِي حَاجَةٌ صَلَيْتُ رَكْعَتَيْنِ وَجِئْتُ اِلَى قَبْرِهِ وَسَأَلْتُ اللهَ
تَعَالَى الْحَاجَةَ عِنْدَهُ
Saya
mendengar Imam Syafi’i RA berkata: “Sesungguhnya aku mengambil barakah dari
Imam Abu Hanifah dan aku berziarah ke makamnya setiap hari. Jika aku dihadapkan
pada suatu kebutuhan, aku shalat dua rakaat kemudian mendatangi makam beliau,
dan memohon kepada Allah SWT untuk mengabulkan kebutuhanku.”[5]
Tabaruk
dengan mangkuk nabi
عن أبي بردة قال : قدمت المدينة فلقيني
عبد الله بن سلام ، فقال لي : انطلق إلى المنزل فأسقيك في قدح شرب فيه رسول الله -
صلى الله عليه وسلم - وتصلي في مسجد صلى فيه النبي - صلى الله عليه وسلم - ، فانطلقت
معه فسقاني وأطعمني تمراً وصليت في مسجده . رواه البخاري في كتاب الاعتصام بالكتاب
والسنة
Dari
Abu Burdah, ia berkata, “Saya tiba di Madinah dan disambut oleh Abdullah ibnu
Salam. “Mari pergi ke rumah, engkau akan kuberi minum dalam gelas yang pernah
digunakan minum Rasulullah dan engkau sholat di masjid yang beliau sholat di
dalamnya,” ajak Abdullah ibnu Salam. Akhirnya saya pergi bersama Abdullah dan
ia memberi saya minum, memberi makan kurma dan sholat di masjid Nabi. (HR
Al Bukhari dalam Kitabu Al I’tisham bi Al Kitab wa Al Sunnah)
Talqin
setelah wafat
فَقَالَ: إِذَا أَنَا مُتُّ،
فَاصْنَعُوا بِي كَمَا أَمَرَنَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ أَنْ نصْنَعَ بِمَوْتَانَا، أَمَرَنَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَقَالَ:"إِذَا مَاتَ أَحَدٌ مِنْ إِخْوَانِكُمْ،
فَسَوَّيْتُمِ التُّرَابَ عَلَى قَبْرِهِ، فَلْيَقُمْ أَحَدُكُمْ عَلَى رَأْسِ
قَبْرِهِ، ثُمَّ لِيَقُلْ: يَا فُلانَ بن فُلانَةَ، فَإِنَّهُ يَسْمَعُهُ وَلا يجِيبُ،
ثُمَّ يَقُولُ: يَا فُلانَ بن فُلانَةَ، فَإِنَّهُ يَسْتَوِي قَاعِدًا، ثُمَّ
يَقُولُ: يَا فُلانَ بن فُلانَةَ، فَإِنَّهُ يَقُولُ: أَرْشِدْنَا رَحِمَكَ اللَّهُ،
وَلَكِنْ لا تَشْعُرُونَ، فَلْيَقُلْ: اذْكُرْ مَا خَرَجْتَ عَلَيْهِ مِنَ
الدُّنْيَا شَهَادَةَ أَنْ لا إِلَهَ إِلا اللَّهُ، وَأَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ
وَرَسُولُهُ، وَأَنَّكَ رَضِيتَ بِاللَّهِ رَبًّا، وَبِالإِسْلامِ دِينًا،
وَبِمُحَمَّدٍ نَبِيًّا، وَبِالْقُرْآنِ إِمَامًا، فَإِنَّ مُنْكَرًا وَنَكِيرًا
يَأْخُذُ وَاحِدٌ مِنْهُمْا بِيَدِ صَاحِبِهِ، وَيَقُولُ: انْطَلِقْ بنا مَا
نَقْعُدُ عِنْدَ مَنْ قَدْ لُقِّنَ حُجَّتَهُ، فَيَكُونُ اللَّهُ حَجِيجَهُ
دُونَهُمَا"، فَقَالَ رَجُلٌ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، فَإِنْ لَمْ يَعْرِفْ
أُمَّهُ؟ قَالَ:"فَيَنْسُبُهُ إِلَى حَوَّاءَ، يَا فُلانَ بن حَوَّاءَ"[6]
Abi Amamah berkata: Ketika saya
meninggal dunia, maka lakukankanlah seperti yang telah diperintahkan Rasulullah
kepada kami, Rasul memerintahkan kami dengan bersabda: “Ketika salah satu dari
teman kalian meninggal dunia, maka ratakanlah tanahnya lalu berdirilah diatas
kuburannya, kemudian berkata, “wahai fulan bin fulanah”, maka sungguh ia
mendengar namun tidak menjawab. Lalu katakanlah “wahai fulan bin fulanah” untuk
kedua kalinya, maka sungguh ia akan duduk, kemudian katakan “wahai fulan bin
fulanah” untuk ketiga kalinya, maka sungguh ia akan berkata “Tunjukkanlah aku,
semoga Allah mengasihimu”, tetapi kalian tidak mendengarnya. Selanjutnya
katakanlah “ingatlah apa yang engkau pegangi saat meninggal dunia, yaitu
kesaksian bahwa tiada tuhan selain Allah dan Nabi Muhammad adalah utusanNya,
dan engkau ridlo dengan Allah sebagai tuhan, Islam sebagai agama, Muhammad
sebagai Nabi, dan Alqur’an sebagai Imam, maka sesungguhnya malaikat mungkar dan
nakir akan berkata, “kami tidak akan duduk disisinya, karena ia benar- benar
telah ditunjukkan hujjahnya”. Lalu seseorang bertanya “Ya Rasulallah, jika
tidak kenal ibunya?”, beliau Rasul menjawab, maka nisbatkanlah ia kepada Hawa’.
Ziaroh
kubur
قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : نَهَيْتُكُمْ عَنْ زِيَارَةِ الْقُبُوْرِ فَزُوْرُوْهَا
(رواه مسلم، رقم 594)
“Rasulullah
SAW bersabda: aku pernah melarang kalian berziarah kubur, maka sekarang
berziarahlah”
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم
نَهَيْتُكُمْ عَنْ زِيَارَةِ الْقُبُورِ فَزُورُوهَا فَإِنَّ فِى زِيَارَتِهَا تَذْكِرَةً (رواه أبوداود)
Rasulullah
shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Aku telah melarang kalian
menziarahi kuburan, sekarang berziarahlah ke kuburan, karena dalam berziarah
itu terdapat peringatan (mengingatkan kematian)."
Tabur
Bunga Dan Menanam Kamboja
عَنِ ابْنِ عَمر قَالَ مَرَّ النَّبِيُّ
صلى الله عليه وسلم بِحَائِطٍ مِنْ حِيطَانِ الْمَدِينَةِ ، أَوْ مَكَّةَ فَسَمِعَ
صَوْتَ إِنْسَانَيْنِ يُعَذَّبَانِ فِي قُبُورِهِمَا فَقَالَ النَّبِيُّ صلى الله عليه
وسلم يُعَذَّبَانِ وَمَا يُعَذَّبَانِ فِي كَبِيرٍ ثُمَّ قَالَ بَلَى كَانَ أَحَدُهُمَا
لاَ يَسْتَتِرُ مِنْ بَوْلِهِ ، وَكَانَ الآخَرُ يَمْشِي بِالنَّمِيمَةِ ثُمَّ دَعَا
بِجَرِيدَةٍ فَكَسَرَهَا كِسْرَتَيْنِ فَوَضَعَ عَلَى كُلِّ قَبْرٍ مِنْهُمَا كِسْرَةً
فَقِيلَ لَهُ يَا رَسُولَ اللهِ لِمَ فَعَلْتَ هَذَا قَالَ لَعَلَّهُ أَنْ يُخَفَّفَ
عَنْهُمَا مَا لَمْ تَيْبَسَا ، أَوْ إِلَى أَنْ يَيْبَسَا.
Artinya:
dari ibnu Umar, beliau berkata: suatu ketika Nabi SAW melewati kuburan dimakkah
atau di madinah, lalu beliau mendengar suara dua orang yang di siksa
dikuburnya, beliau SAW bersabda kepada shahabat, bahwa kedua orang tersebut
sedang disiksa, keduanya disiksa bukan karena melakukan dosa besar, yang satu
karena tidak memakai penutup ketika buang air kecil sedang yang lainnya karena
sering mengadu domba. Kemudian beliau SAW menyuruh shahabat untuk mengambil
pelepah kurma, lalu beliau membelahnya menjadi dua bagian dan meletakkannya
pada masing-masing kuburan tersebut. Lalu para shahabat bertanya kenapa engkau
melakukan hal ini hai Rasulullah. Beliau SAW menjawab “ semoga Allah SWT
meringankan siksa kedua orang tersebut selama dua pelepah kurma itu belum
kering. (HR.Bukhari)
[1]
Abdurrahman bin Muhammad bin Umar Ba’alawi, Bughyah Al-Mustarsyidin
[3]
As-Sayyid Muhammad al-Hasani
al-Maliki. Mafahim yajibbu antushohhaha
[4]
Zainuddin Muhammad, Abdur Rouf bin
Taj al-‘Arifin bin Ali al-Manawi. Fayadl al-Qodir Syarh al-Jami’ as-Shoghir
[5]
Tarikh Baghdad, juz 1 hal 122
[6]
HR. Abu Bakr dalam kitab Syafi’i, At
Thobroni, Ibn Hisyam dll, dengan isnad yang bagus.
No comments:
Post a Comment