Sunday, 24 January 2016

SHALAT IED DALAM WACANA RITUALITAS

Istilah 'ied diambil dari akar kata al-'Aud yang bisa di artikan dengan kembali/ terulang atau juga bisa diartikan sebagai anugerah Allah Swt. Penamaan Sholat dengan istilah 'ied ini dapat dimaklumi karena memang terdapat beragam kesarasian dalam maknanya. Maksudnya penggunaan nama 'ied adalah karena melihat pada hari itu merupakan salah satu moment pemberian anugerah belas kasih dan ampunan dari Allah Swt. terhadap hambanya atau karena sholat tersebut selalu dilakukan secara berulang-ulang dalam setiap tahunnya dan atau telah kembalinya suasana kegembiraan dan keceriaan ketika telah masuk hari raya. Kegembiraan yang dimaksud adalah disamping kegembiraan secara lahiriyah juga kegembiraan secara batiniyah yaitu dengan diamapuninya dosa-dosa kita. Oleh sebab itu sholat 'ied menjadi sebuah anjuran ritualitas tahunan yang dilakukan setelah menjalani ibadah puasa dan haji yang keduanya diharapkan dapat mensucikan diri dari dosa.   

Pelaksanaan Shalat Ied
Melakukan sholat ied, yakni Idul Fitri dan Idul Adha bagi setiap orang islam, baik laki-laki, perempuan, orang merdeka atau hamba sahaya hukumnya sunat muakkad. Tapi dalam satu versi ada yang berpendapat fardlu kifayah, memandang bahwa sholat ied adalah bagian dari syi’ar Islam. Waktu pelaksanaan sholat 'ied adalah masa-masa di antara terbitnya matahari dan tergelincirnya matahari dari titik kulminasi. Hanya saja sunat dilakukan ketika matahari telah naik kira-kira satu tombak dalam pandangan mata. Sholat Idul Fitri dan Idul Adha bisa. dilakukan secara jama’ah atau sendirian. Namun bila dilakukan sendirian tidak disunatkan untuk melakukan khutbah.
Sholat 'ied dilaksanakan dengan dua raka'at dan rukun-rukun dalam shalat 'ied sama persis dengan sholat fardhu. Sedangkan kesunahan-kesunahan shalat 'ied secara garis besar tidak jauh berbeda dengan kesunnahan-kesunnahan dalam sholat fardhu. Perbedaannya hanya nampak dalam kesunnahan untuk melakukan takbir tujuh kali pada rakaat pertama setelah membaca do'a iftitah dan takbir lima kali pada rakaat kedua sebelum membaca do'a ta'awwudz. Di antara takbir satu dengan yang lain disunatkan membaca do'a al-baqiyah as-sholihah.

Khutbah Shalat Ied
Rukun khuthbah dalam sholat 'ied  secara global ada delapan, sedangkan secara terperinci ada lima. Hal ini karena ada tiga rukun yang harus dilakukan di dua khuthbah, sedangkan dua rukun yang lain dilaksanakan pada salah satunya. Kelima rukun itu adalah   :
1.       Membaca hamdalah/ memuji kepada Allah menggunakan lafadz yang musytaq (tercetak) dari mashdar hamdun (حمد) dan juga harus menggunakan lafadh jalalah (الله).
2.       Membaca sholawat pada Nabi Muhammad saw.
3.       Wasiat agar bertaqwa kepada Allah swt. 
Ketiga rukun inilah yang harus dilakukan pada dua khuthbah.
4.       Membaca ayat Al-Qur’an yang mudah untuk dipaham pada salah satu khuthbah, namun yang lebih utama supaya dilakukan pada khuthbah pertama.
5.       Mendo’akan segala hal yang berkaitan dengan akhirat kepada segenap kaum muslimin, muslimat, mu’minin dan mu’minat pada waktu khuthbah kedua.
Sunat-sunat dalam pelaksanaan khutbah mayoritas sama dengan khutbah jum'at, hanya dalam beberapa hal khutbah dalam shalat ied dibedakan, di antaranya :
/              Sunat mengingatkan tentang hukum-hukum dan ketentuan zakat fitrah saat khutbah idul fitri dan mengingatkan tentang hukum-hukum dan ketentuan kurban.
/              Memulai khutbah pertama dengan sembilan takbiran dan khutbah kedua dengan tujuh takbiran.

Kesunatan bagi imam sholat Idul Fitri :
/                  Datang ke tempat sholat ketika sholat hendak dilaksanakan.
/                  Setelah sampai pada tempat sholat, hendaknya memperhatikan shof (barisan) jama’ah sholat ied sebelum takbir.

Kesunatan untuk umum (Imam dan jama’ah sholat ied)[1]
v  Mandi dengan niat untuk melaksanakan sholat ied.
نَوَيْتُ اْلغُسْلَ ِلعِيْدِ الفِطْرِ / الأضْحَى ِللهِ تَعَالَى .
v  Berangkat pagi-pagi sekali dan berhias dengan memakai parfum, pakaian yang bagus, memotong kuku serta menghilangkan bau yang tidak  sedap.
v  Hendaknya menempuh jalan yang berbeda ketika berangkat dan pulang. Menurut suatu keterangan, hal ini untuk mendapatkan lebih banyak pahala.
v  Hendaknya makan terlebih dahulu sebelum berangkat sholat Idul fitri, sedangkan pada saat Idul Adha, hendaknya melakukan sholat ied terlebih dahulu.

Teknis Pelaksanaan Sholat Dan Khutbah Ied.[2]
1.        Ketika imam sampai di tempat pelaksanaan sholat/ masjid, muroqqi segera berdiri untuk memberi aba-aba dimulainya sholat ied, yaitu membaca     :
صَلُوْا سُنَّةً لِعِيْدِ اْلفِطْرِ/ الأَضْحَى رَكْعَتَيْنِ جَامِعَةًَ رَحِمَكُمُ الله
2.        Imam segera menuju mihrob (tempat imam), untuk segera memulai pelaksanaan sholat ied.
Catatan:
Sholat ied dilakukan dua rakaat, diawali takbirotul ihrom dengan disertai niat sholat ied.

أُصَلِّى سُنَّةً لِعِيْدِ اْلفِطْرِ / اْلأَضْحَى إِمَامًا / مَأْمُوْمًا ِللهِ تَعَالَى

3.        Setelah takbirotul ihrom, dilanjutkan dengan membaca do’a iftitah yang telah kita maklumi bacaannya, kemudian takbir tujuh kali pada rakaat pertama dan lima kali pada rakaat kedua sebelum membaca Al-Fatihah. Antara takbir satu dengan yang lain sampai pada takbir yang ketujuh disunatkan membaca : 

سُبْحَانَ اللهِ وَاْلحَمْدُ لِلَّه ِ وَلآ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ أكْبَرْ .

4.        Selesai melakukan tujuh takbir pada rakaat pertama, dilanjutkan membaca ta’awudz, Al-Fatihah dan surat surat yang disunatkan,  seperti Surat Qof atau Al-A’la pada rakaat pertama, dan Surat al-Qomar atau surat al-Ghosyiyah pada rakaat kedua.
5.        Selesai melaksanakan sholat, bilal segera berdiri ke depan, untuk memberi aba-aba dimulainya khutbah ied. Bunyi aba-aba tersebut seperti :

مَعَاشِرَ اْلمُسْلِمِيْنَ وَزُمْرَةَ اْلمُؤْمِنِيْنَ رَحِمَكُمُ الله، اعْلَمُوْا أَنََّ يَوْمَكُمْ هَذَا يَوْمُ عِيْدِ الْفِطْرِ/ الأضْحَى وَيَوْمُ السُّرُوْرِ وَيَوْمُ الْمَغْفُوْرِ، أَحَلَّ الله لَكُمْ فِيْهِ الطَّعَامُ، وَحَرَّمَ عَلَيْكُمْ فِيْهِ الصِّيَامُ، إذَا صَعِدَ الَخَطِيْبُ عَلَى المِنْبَرِ أنْصِتُوا أثَابَكُمُ الله وَاسْمَعُوا أجَارَكُمُ الله، وَأطِيْعُوا رَحِمَكُمُ الله.   

6.        Kemudian khothib naik mimbar, dan bilal membaca sholawat, yang sebagaimana berikut :

اَللَّهُمَ صَلِّ عَلىَ سَيِّدِنَا مُحَمَّدِ، أللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا وَمَوْلاَنَا مُحَمَّدٍٍ، اَللَّهُمَ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا وَمَوْلاَنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ.

7.        Selesei bilal membaca sholawat, khotib segera memulai membaca khutbah pertama. 

Fenomena Dan Problematika

Shalat ied pada hari jum'at
Dalam permasalahan sholat 'ied sering kita jumpai fenomena jatuhnya hari 'ied bertepatan dengan hari jum'at. Dalam menyikapi hal ini terdapat beberapa versi pendapat di antara para imam madzhab mengenaii gugur tidaknya kewajiban untuk melaksanakan sholat jum'at.
·     Menurut versi Hanafiyah dan Malikiyah tetap diwajibkan  melaksanakan sholat jum'at.
·     Versi Hanabilah berpendapat, sholat 'ied dapat menggugurkan kewajiban sholat jum'at, namun tidak menggugurkan kewajiban sholat dhuhur.
·     Versi Syafi'iyyah menyatakan bahwa kewajiban sholat jum'at dapat gugur bagi penduduk yang tempat domisilinya relatif jauh dengan tempat pelaksanaan sholat 'ied, dengan standarisasi seandainya mereka setelah melaksanakan sholat 'ied kembali ke rumah masing-masing niscaya akan ketinggalan shalat jum'at. Hukum ini adalah sebagai bentuk dispensasi Syari'at bagi mereka, agar tidak dirasakan terlalu berat dalam menjalankan syari'at-syari'at islam.     

Takbir dan kesunatan dalam fitri dan adha (malam dan siang)
Bagi setiap kaum muslimin dalam setiap merayakan hari raya disunnahkan memeriahkannya dengan mengumandangkan takbir di mulai saat matahari terbenam hingga saat imam melakukan takbirotul ihrom  dalam hari raya 'iedul fitri atau sampai waktu ashar di akhir hari tasyriq. Takbir inilah dinamakan takbir mursal pada hari raya 'iedul fitri dan takbir muqoyyad pada hari raya 'iedul adha, karena harus dilakukan setelah sholat fardhu selain pada malam pertama .     
Sedangkan hukum mengumandangkan takbiran di luar dua hari raya dan tiga hari tasyriq adalah diperbolehkan, kecuali bertujuan mensyariatkan takbiran tersebut khusus pada waktu itu atau menimbulkan prasangka pada masyarakat bahwa hal tersebut disyari'atkan.

Referensi 
تفسير القرطبي ج: 10 ص: 415
قال استكثروا من   الباقيات الصالحات  قيل وما هي يا رسول الله قال التكبير والتهليل والتسبيح والحمد لله ولا حول ولا قوة إلا بالله صححه أبو محمد عبد الحق رحمه الله وروى قتادة أن رسول الله صلى الله عليه وسلم أخذ غصنا فخرطه حتى سقط ورقه وقال إن المسلم إذا قال سبحان الله والحمد لله ولا إله إلا الله والله أكبر تحاتت خطاياه كما تحات هذا خذهن إليك أبا الدرداء قبل أن يحال بينك وبينهن فإنهن من كنوز الجنة وصفايا الكلام وهن   الباقيات الصالحات  ذكره الثعلبي وخرجه ابن من حديث أبي الدرداء قال قال رسول الله صلى الله عليه وسلم عليك بسبحان الله والحمد لله ولا إله إلا الله والله أكبر فإنهن يعني يحططن الخطايا كما تحط الشجرة ورقها وأخرجه الترمذي من حديث الأعمش عن أنس بن مالك أن رسول الله صلى الله عليه وسلم مر بشجرة يابسة الورقة فضربها بعصاة فتناثر الورق فقال إن الحمد لله وسبحان الله ولا إله إلا الله والله أكبر لتساقط من ذنوب العبد كما تساقط ينوي هذه الشجرة قال هذا حديث غريب ولا نعرف للأعمش سماعا من أنس إلا أنه قد رآه ونظر إليه وخرج الترمذي أيضا عن ابن مسعود قال قال رسول الله صلى الله عليه وسلم لقيت إبراهيم عليه السلام ليلة أسري بي فقال يا محمد أقرىء أمتك مني السلام وأخبرهم أن الجنة طيبة التربة عذبة الماء وأنها قيعان وأن غراسها سبحان الله والحمد لله ولا إله إلا الله والله أكبر قال حديث غريب خرجه وفيه فقلت وما غراس الجنة قال لاحول ولا قوة إلا بالله وخرج ابن ماجة عن أبي هريرة أن رسول الله صلى الله عليه وسلم مر به وهو يغرس غرسا فقال يا أبا هريرة مالذي تغرس قلت غراسا قال ألا أدلك على غراس خير من هذا سبحان الله والحمد لله ولا إله إلا الله والله أكبر يغرس لك بكل واحدة شجرة في الجنة وقد قيل إن   الباقيات الصالحات  هي النيات والهمات لأن بها تقبل الأعمال وترفع قاله الحسن وقال عبيد ابن عمير هن البنات يدل عليه أوائل الآية قال الله تعالى المال والبنون زينة الحياة الدنيا ثم قال والباقيات الصالحات يعني البنات الصالحات هن ثم الله لآبائهن خير ثوابا




[1] Zakaria al-Anshori “al-Manhaj Matan al-Jamal” Juz II hal. 98-101, Dar el-Fikr.
[2] Ibid, hal. 94-96.

No comments: