Tuesday 17 April 2018

Terjemah AL_fiyyah ibnu Malik Muqodimmah


اَلْمُقَدِّمةُ

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

 قَـالَ مُحَمَّدٌ هُوَ ابْنُ مَـالِكِ    ¤         أَحْمَدُ رَبِّي اللَّهَ خَيْرَ مَالِكِ
مُصَلِّيَاً عَلَى النَّبِيِّ الْمُصْطَفَى  ¤   وَآلِـهِ الْمُسْتَكْمِلِينَ الْشَّــرَفَا


v Syekh Muhammad Ibnu Malik akan berkata : “Saya memuji Tuhanku, Allah yang merupakan terbaiknya Dzat yang merajai.”
v Seraya memintakan Rahmat yang disertai ta’dzim (bershalawat) kepada Nabi Muhammad yang terpilih dan keluarga Nabi yang selalu mencari kesempurnaan kemuliaan.


KETERANGAN BAIT NADZAM 

·      Sebelum syekh ibnu memulai mengarang kitab Alfiyahnya , beliau terlebih dahulu memuji kepada Allah  bershalawat pada Rasulallah SAW dan keluarganya.  
·      Dalam bait قَـالَ مُحَمَّدٌ هُوَ ابنُ مَـالِك  Beliau menisbatkan dirinya pada nama kakeknya karena beliau lebih terkenal dengan nama tersebut. [1]
·      Fiil madzi  قَالَ  dalam nadzom tersebut menggunakan arti Zaman Istiqbal, seperti pada firman Allah أَتَى اَمْرُ الله    Hari Qiyamat akan datang, fi’il madzli أَتَى  dalam firman Allah tersebut tidak memakai makna aslinya yakni zaman madzi yang berarti “ Telah datang “ namun memakai zaman mustaqbal yang berarti “Akan datang” . Hal tersebut diperbolehkan jika perkaranya yakin dan mantap terjadinya seperti Hari Qiyamat, begitu pula Imam Ibnu Malik setelah mengharapkan Anugrah dari Allah atas kesempurnaan karangannya, beliau yakin dan mantap atas wujudnya karangan beliau. [2]
·       Lafadz خَيْرٌ ini adalah Af’alu Tafdhil yang mengikuti wazan اَفْعَلُ , asalnya اَخْيَرُ yang merupakan Af’alu Tafdhil itu dicetak dari masdar خَيْرٌ (dengan dibaca fathah kho’nya) dari fiil يَخِيْرُ, خَارَ  .[3]
·       Lafadz  أَحْمَدُ رَبِّي اللَّهَ خَيْرَ مَالِكِ . Pujian adalah pengakuan terhadap seseorang yang dipuji dengan sempurnanya sifat yang dimiliki disertai dengan rasa cinta dan penghormatan.
·      Lafadz مُصَلِّيًا Menjadi hal yang dikira-kirakan (  dari failnya lafadz اَحْمَدُ, yang tafsirannya berupa lafadz اَحْمَدُ رَبِّى حَالَ كَوْنِى نَاوِيًا الصَّلاَةَ  , Artinya dikira-kirakan adalah bahwa sholawat tersebut terjadi setelahnya memuji Allah, Sebab syekh ibnu Malik tidak mungkin bershalawat pada nabi disatu waktu dengan memuji Allah namun shalawat tersebut dilakukan setelah selesai memuji Allah. [4]


وَأَسْتَعِيْنُ اللهَ فِي أَلْفِيَّـهْ   ¤  مَقَاصِدُ الْنَّحْوِ بِهَا مَحْوِيَّهْ
تُقَرِّبُ الْأَقْصَى بِلَفْظٍ مُوْجَزِ ¤ وَتَبْسُـطُ الْبَذْلَ بِوَعْدٍ مُنْجَزِ

v Dan saya memohon pertolongan pada Allah di dalam mengarang nadzom seribu bait yang di dalamnya mencakup (kebanyakan) tujuan-tujuan ilmu Nahwu.
v Nadzom Alfiyyah itu memudahkan perkara yang sulit besertaan menggunakan lafadz yang ringkas dan nadzom Alfiyyah itu melimpahkan pemberian (yang berupa banyaknya faidah makna) besertaan janji yang ditepati).

KETERANGAN BAIT NADZAM  

·      Baliau meminta pertalongan pada Allah dalam menyusun kitab Alfiyyah. Dalam hadist Nabi disebutkan :[5]

اَللَّهُمَّ لاَ سَهْلَ إِلاَّ مَا جَعَلْتَهُ سَهْلاً، وَأَنْتَ تَجْعَلُ الْحُزْنَ إِذَا شِئْتَ سَهْلاً
Ya Allah, Tiada kemudahan kecuali engkau menjadikannya mudah, dan engkau yang menjadikan kesedihan jika engkau mengharapkan kemudahan.

·        Kitab Alfiyyah ini selain mencakup terhadap sebagian besar kaidah nahwu juga memudahkan pemahaman makna yang sulit sebab ringkasnya lafadz Alfiyyah yang ada sehingga pembaca akan mendapatkan faidah-faidah dari kitab tersebut.[6]
·      Dasar ilmu nahwu adalah sebagai berikut :[7]
1) Devinisi  (  حَدُّهُ   )
   Devinisi  Ilmu nahwu

هُوَ عِلْمٌ بِأُصُوْلٍ يُعْرَفُ بِهَا  أَحْوَالُ أَوَاخِرِ الْكَلِمِ إِعْرَابًا  وَبِنَاءً
Nahwu adalah mengetahui dasar  -dasar  ( kaidah )   yang bisa digunakan  untuk  mengetahui  keadaaan akhir   suatu kalimah  dari   sisi  I’rob  dan Mabninya kalimah tersebut

2) Hukum mempelajarinya   (    حُكْمُهُ   )
Hukum mempelajarinya adalah fardhu  kifayah (wajib kolektif) , sebagaimana  pendapat yang dikemukakan oleh Imam Nawawi  dan lainnya.
3) Sasaran  (   مُوْضُوْعُهُ   )
  yaitu setiap kalimat yang menggunakan bahasa arab.
4)  Faidah ilmu nahwu  (  فَائِدَتُهُ  )
  Yaitu  menjaga lisan  dari  kesalahan  dalam berbicara dan sebagai  perantara dalam memahami al-Qur’an  dan Hadist

وَتَقْتَضِي رِضًا بِغَيْرِ سُخْطِ ¤ فَـائِقَةً أَلْفِــــيَّةَ ابْنِ مُعْطِي
وَهْوَ بِسَبْقٍ حَائِزٌ تَفْضِيْلاً ¤ مُسْـتَوْجِبٌ ثَنَائِيَ الْجَمِيْلاَ
   وَاللهُ يَقْضِي بِهِبَـاتٍ وَافِرَهْ ¤ لِي وَلَهُ فِي دَرَجَاتِ الآخِرَهْ

v Semoga Allah menghukumi dan mentaqdirkan dengan pemberian yang sempurna padaku dan pada Imam Ibnu Mu’thi didalam derajat Akhirat.
v Pengarang Kitab Alfiyyah memohon keridloan yang murni yang tidak tercampuri kemurkaan (dari Allah dan pembaca). Dan Kitab Alfiyyah itu mengungguli Kitab Alfiyyah Imam Ibnu Mu’thi.
v Imam Ibnu Mu’thi sebab masanya lebih dahulu berhak diutamakan dan berhak atas pujian yang baik.

KETERANGAN BAIT NADZAM :

·           Ibnu Mu’thi lahir pada tahun 564 H. Beliau adalah Al-Imam Abu Zakariya Yahya Bin Mu’thie Bin Abdun Nurry Az-Zawawie Al-Hanafie . yang dilaqabie dengan Zainuddin. Beliau menetap di Damaskus diwaktu yang cukup dan banyak sekali yang belajar padanya. Lantas beliau pindah ke Mesir di Jami’ Al-‘Athiq untuk mengajarkan kitab adab sampai beliu wafat di Kairo pada akhir bulan Qa’dah tahun 628 H dan dimakamkan didekat makam imam Syafi’ie .[8] Alfiyyah Ibnu Malik mengungguli Alfiyyahnya Imam Ibnu Mu’thi, karena terdiri dari satu bahar yaitu bahar Rojaz. Sedang Alfiyyah Ibnu Mu’thi terdiri dari dua bahar, yaitu bahar Sar’i dan Rojaz, selain itu hukum-hukum yang dijelaskan dalam Alfiyyah ibnu Malik juga lebih banyak .
·           Imam ibnu Malik mengakui bahwa imam ibnu Mu’thi lebih utama dari pada dirinya sebab imam ibnu Mu’thi masanya lebih dahulu dibanding beliau. Imam ibnu Malik lahir pada tahun 598 H dan wafat 672 H sedangkan ibnu Mu’thi lahir tahun 564 H dan wafat tahun 628 H.[9]
·           Nadzam bait terakhir dari muqodimmah ini adalah doa dari imam ibnu Malik. Beliau mengawali dengan berdoa untuk dirinya sendiri berdasarkan hadist nabi :
أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ كَانَ إِذَا ذَكَرَ أَحَداً فَدَعَا لَهُ بَدَأَ بِنَفْسِهِ رَوَاهُ التِّرْمِذِي
Bahwa Rasullah ketika menyebutkan seseorang lantas berdoa untuknya maka Rasul mengwali doa untuk dirinya.[10]




[1] Dalilu Salik hal.10
[2] Ibnu Hamdun I hal. 8
[3] Hudlori Juz I hal. 8
[4] Syarah ibnu Malik hal.10 juz 1
[5] Dalilu salik ila Alfiyyah ibnu Malik hal. 11 juz 1
[6] Taudlihul maqashid wal masalik  juz 1 hal 266
[7]  Fathu Robbil –Bariyah  Hal . 3  
[8] Taudlihul maqashid wal masalik  juz 1 hal 266
[9] Dalilul masalik ila alfiyyah ibnu malik juz 1 hal 12
[10] Dalilul masalik ila alfiyyah ibnu malik juz 1 hal 13

No comments: