Tuesday 17 April 2018

Terjemah Fathal Qorib Muqoddimah Muallif


بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ


قَالَ الشَّيْخُ الإِمَامُ العَالِمُ العَلَّامَةُ شَمْسُ الدِّيْنِ أَبُوْ عَبْدِ اللهِ مُحَمَّدِ بْنِ قَاسِمٍ الشَّافِعِيِّ تَغَمَّدَهُ اللهُ بِرَحْمَتِهِ وَرِضْوَانِهِ آمِينْ:


Dengan menyebut nama Allah yang maha pengasih lagi maha penyayang. Al-Syaikh Al-Imam Al-’Alim Al-’Allamah Syams Ad-Din Abu ‘Abdillah Muhammad Ibn Qosim As-Syafi’I - semoga Allah melimpahkan Rahmat dan Ridlo kepada beliau, amin - berkata:


الحَمْدُ لِلهِ تَبَرُّكاً بِفَاتِحَةِ الْكِتَابِ لِأَنَّهَا ابْتِدَاءُ كُلِّ أَمْرٍ ذِيْ بَالٍ. وَخَاتِمَةُ كُلِّ دُعَاءٍ مُجَابٍ. وَآخِرُ دَعْوَى المُؤْمِنِيْنَ فِي الْجَنَّةِ دَارِ الثَّوَابِ. أَحْمَدُهُ أَنْ وَفَّقَ مَنْ أَرَادَ مِنْ عِبَادِهِ لِلتَّفَقُّهِ فِي الدِّيْنِ عَلَى وِفْقِ مُرَادِهِ. وَأُصَلِّي وَأُسَلِّمُ عَلَى أَفْضَلِ خَلْقِهِ مُحَمَّدٍ سَيِّدِ الْمُرْسَلِيْنَ. الْقَائِلِ: "مَنْ يُرِدِ اللهُ بِهِ خَيْراً يُفَقِّهْهُ فِي الدِّيْنِ" وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ مُدَّةَ ذِكْرِ الذَّاكِرِيْنَ وَسَهْوِ الغَافِلِيْنَ.


Al-Hamdu Lillah (segala puji bagi Allah) dengan berharap keberkahan Surat Pembuka Al-Quran, karena hamdalah merupakan awalan dari tiap-tiap hal yang mengandung kebaikan, pungkasan setiap doa yang dikabulkan dan akhiran doa orang-orang mukmin di surga tempat pemberian balasan pahala. Saya memuji Allah, karena telah member pertolongan siapa saja yang dikehendaki-Nya dari para hamba-hamba-Nya yang ingin mendalami agama sesuai dengan apa yang dikehendaki-Nya.
Saya bersholawat dan salam kepada makhluq-Nya yang paling Utama, Muhammad, Sang Junjungan para Rasul, yang bersabda: “Barang siapa yang Allah menghendakinya menjadi baik maka Allah akan menjadikannya faham terhadap ajaran agama”. Dan kepada keluarga dan Shahabat Nabi, selama masih ingatnya orang-orang yang ingat (kepada Allah atau Rasulullah) dan lalainya orang-orang yang lalai (dari keduanya).[1]   


(وَبَعْدُ): هَذَا كِتَابٌ فِي غَايَةِ الْاِخْتِصَارِ وَالتَّهْذِيْبِ. وَضَعْتُهُ عَلَى الْكِتَابِ المُسَمَّى بِالتَّقْرِيْبِ لِيَنْتَفِعَ بِهِ المُحْتَاجُ مِنَ المُبْتَدِئِيْنَ لِفُرُوْعِ الشَّرِيْعَةِ وَالدِّيْنِ. وَلِيَكُوْنَ وَسِيْلَةً لِنَجَاتِيْ يَوْمَ الدِّيْنِ. وَنَفْعاً لِعِبَادِهِ المُسْلِمِيْنَ إِنَّهُ سَمِيْعٌ دُعَاءَ عِبَادِهِ. وَقَرِيْبٌ مُجِيْبٌ. وَمَنْ قَصَدَهُ لَا يَخِيْبُ {وَإذَا سَأَلَكَ عِبَادِي عَنِّي فَإنِّي قَرِيبٌ}


Selanjutnya, kitab Syarah ini adalah kitab yang sangat ringkas dan telah maksimal pembenahannya. Saya mengarangnya (untuk menjelaskan) terhadap kitab yang berjudul “at-Taqriib” dengan tujuan supaya orang yang membutuhkan dari sekian para pemula dalam memahami masalah furu’ syari’at dan agama, bisa mengambil manfaat dari kitab itu. Dan semoga kitab ini dapat menjadi pengantar keselamatan saya di Hari Pembalasan nanti serta bermanfaat bagi hamba-hamba-Nya yang muslim. Karena sesungguhnya Dia Maha mendengar doa hamba-hamba-Nya, Maha dekat lagi Maha mengabulkan doa. Siapapun yang mau menuju pada-Nya maka dia tidak akan rugi. (Dalam firman-Nya disebutkan) : “ Jika hamba-hamba-Ku bertanya padamu tentang Aku maka (jawablah): sesungguhnya Aku Maha Dekat” (QS. Al-Baqoroh ayat 186)


وَ اعْلَمْ أَنَّهُ يُوْجَدُ فِي بَعْضِ نُسَخِ هَذَا الْكِتَابِ فِي غَيْرِ خُطْبَتِهِ تَسْمِيَّتُهُ تَارَةً بِالتَّقْرِيْبِ. وَتَارَةً بِغَايَةِ الاِخْتِصَارِ. فَلِذَلِكَ سَمَّيْتُهُ بِاسْمَيْنِ أَحَدُهُمَا: (فَتْحُ القَرِيْبِ المُجِيْبِ) فِي شَرْحِ أَلْفَاظِ التَّقْرِيْبِ. وَالثَّانِي: "القَوْلُ المُخْتَارُ فِي شَرْحِ غَايَةِ الْاِخْتِصَارِ".


Ketahuilah bahwa dalam sebagian dari beberapa salinan kitab Taqrib ini - bukan dalam pembukaannya - sekali tempo ditemukan pemberian nama kitab ini dengan nama “at-Taqriib”, dan pada yang lain ditemukan nama “Ghoyatu al-Ikhtishor”. Maka dari itu, saya menamakan kitab saya ini dengan dua nama. Yang pertama “Fat-hu Al-Qorib Al-Mujib fi Syarhi alfadz at-Taqriib” (Pengetahuan dari Yang Maha Dekat lagi Maha mengabulkan, dalam menjelaskan ungkapan-ungkapan kitab at-Taqriib). Yang kedua “al-Qoul Al-Mukhtar fi Syarhi Ghoyati al-Ikhtishor” (Pendapat yang dipilih, dalam menjelaskan kitab Ghoyat al-Ikhtishor”).


قَالَ الشَّيْخُ الإِمَامُ أَبُو الطَّيِّبِ: وَيَشْتَهِرُ أَيْضاً بِأَبِيْ شُجَاعٍ شِهَابُ المِلَّةِ وَالدِّيْنِ أَحْمَدُ بْنُ الحُسَيْنِ بْنِ أَحْمَدَ الأَصْفَهَانِي سَقَى اللهُ ثَرَاهُ صَبِيْبَ الرَّحْمَةِ وَالرِّضْوَانِ. وَأَسْكَنَهُ أَعْلَى فَرَادِيْسِ الْجَنَانِ.


Syaikh Imam Abu Thoyib, yang terkenal dengan sebutan Abi Syuja’ - Sang Cahaya Agama - Ahmad ibn al-Husain ibn Ahmad Al-Ashfahani - semoga Allah menyirami pusara beliau dengan tuangan Rahmat dan Ridlo serta menempatkannya di tempat yang tinggi dalam surga firdaus - berkata:


(بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ) أَبْتَدِىءُ كِتَابِي هَذَا. وَ "الله" اسْمٌ لِلذَّاتِ الوَاجِبِ الوُجُوْدِ. والرّحْمَنُ أَبْلَغُ مِنَ الرَّحِيْمِ. (الحَمْدُ لِلهِ) هُوَ الثَّنَاءُ عَلَى اللهِ تَعَالَى بِالجَمِيْلِ عَلَى جِهَةِ التَّعْظِيْمِ (رَبِّ) أي مَالِكِ (العَالَمِيْنَ) بِفَتْحِ اللَّامِ. وَهُوَ كَمَا قَالَ ابْنُ مَالِكٍ اسْمُ جَمْعٍ خَاصٍّ بِمَنْ يَعْقِلُ لَا جَمْعٌ. وَمُفْرَدُهُ عَالَمٌ بِفَتْحِ اللَّامِ. لِأَنَّهُ اسْمٌ عَامٌ لمِاَ سِوَى اللهِ تَعَالَى وَالجَمْعُ خَاصٌّ بِمَنْ يَعْقِلُ.


Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, saya memulai kitab saya ini. “Allah” Adalah nama dari Dzat yang wajib wujud-Nya. Kata Ar-Rahman lebih tinggi maknanya daripada kata Ar-Rahim. Al-Hamdu Lillah adalah pujian indah kepada Allah ta’ala untuk mengagungkan. “Yang Mengatur” maksudnya Yang Menguasai orang-orang alam. Lafad “العَالَمِيْنَ” dengan fathah pada huruf Lamnya, sebagaimana dinyatakan oleh Ibnu Malik, adalah Isim Jama’ yang maknanya terkhusus pada orang-orang yang berakal, bukan lafad Jama’. Sedangkan Mufrodnya adalah “عَالَمٌ”dengan harakat fathah pada Lamnya. (Disebut isim jama’) sebab “عَالَمٌ” adalah kata benda yang maknanya mencakup semua hal selain Allah ta’ala, namun makna lafad jama’nya (العَالَمِيْنَ) malah hanya tertentu pada orang-orang yang berakal.


 (وَصَلَّى اللهُ) وَسَلَّمَ (عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ النَّبِيِّ) هُوَ بِالهَمْزِ وَتَرْكِهِ إِنْسَانٌ أُوْحِيَ إِلَيْهِ بِشَرْعٍ يَعْمَلُ بِهِ. وَإِنْ لَمْ يُؤْمَرْ بِتَبْلِيْغِهِ فَإِنْ أُمِرَ بِتَبْلِيْغِهِ فَنَبِيٌّ وَرَسُوْلٌ أَيْضاً. وَالمَعْنَى يُنْشِىءُ الصَّلَاة وَالسَّلَامَ عَلَيْهِ. وَ "مُحَمَّدٌ" عَلَمٌ مَنْقُوْلٌ مِنْ اسْمٍ مَفْعُوْلٍ المُضَعَّفِ العَيْنِ. وَ "النَّبِيُّ "بَدَلٌ مِنْهُ أَوْ عَطْفُ بَيَانٍ عَلَيْهِ.


Semoga Allah melimpahkan sholawat dan salam pada junjungan Kita Muhammad SAW sang Nabi. Kata “النَّبِيِّ” baik yang menggunakan hamzah atau tidak, memiliki makna seorang yang kepadanya diwahyukan sebuah syari’at untuk diamalkan meskipun tidak diperintah untuk menyampaikannya (kepada umat). Jika ia diperintah untuk menyampaikannya maka ia adalah nabi dan juga rasul. Makna yang dikehendaki adalah semoga Allah memunculkan rahmat serta penghormatan dan salam kepadanya. Kata “مُحَمَّدٌ” adalah nama yang diambil dari isim maf’ul yang binaknya mudlo’af ‘ain. Kata “النَّبِيُّ” merupakan badal dari lafad “مُحَمَّدٍ” atau ‘athof bayannya.


(وَ) عَلَى (آلِهِ الطَّاهِرِيْنَ) هُمْ كَمَا قَالَ الشَّافِعِيُّ أَقَارِبُهُ المُؤْمِنُوْنَ مِنْ بَنِي هَاشِمٍ. وَبَنِي المُطَلِّبِ. وَقِيْلَ وَاخْتَارَهُ النَّوَوِيُّ: إِنَّهُمْ كُلُّ مُسْلِمٍ. وَلَعَلَّ قَوْلَهُ الطَّاهِرِيْنَ مُنْتَزَعٌ مِنْ قَوْلِهِ تَعَالَى: {وَيُطَهِّرُكُمْ تَطْهِيْرًا}


Dan semoga terlimpahkan kepada keluarga Beliau yang suci. Makna “آلِهِ” sebagaimana pernah diungkapkan oleh Imam As-Syafi’i adalah kerabat-kerabat Nabi yang beriman, dari Bani Hasyim dan Bani Mutholib. Dan ada yang berpendapat – dan pendapat ini adalah pendapat yang dipilih oleh Imam An-Nawawi- Mereka adalah setiap orang Muslim. Kelihatannya kata “الطَّاهِرِيْنَ” diambil dari firman Allah:
وَيُطَهِّرُكُمْ تَطْهِيْرًا
Artinya: “dan Dia membersihkan kalian dengan sebenar-benarnya”. (Surat Al-Ahzab ayat 33)
 (وَ) عَلَى (صَحَابَتِهِ) جَمْعُ صَاحِبِ النَّبِيِّ وَقَوْلُهُ (أَجْمَعِيْنَ) تَأْكِيْدٌ لِصَحَابَتِهِ.
Dan semoga terlimpahkan pada Shohabat beliau. Kata “صَحَابَتِهِ” merupakan jama’ lafad “صَاحِبِ”. Dan ungkapan Mushannif “أَجْمَعِيْنَ” taukid (penguat makna) bagi lafad “صَحَابَتِهِ”.


 ثُمَّ ذَكَرَ المُصَنِّف أَنَّهُ مَسْؤُوْلٌ فِي تَصْنِيْفِ هَذَا المُخْتَصَرِ بِقَوْلِهِ: (سَأَلَنِي بَعْضُ الأَصْدِقَاءِ) جَمْعُ صَدِيْقٍ. وَقَوْلُهُ: (حَفَظَهُمُ اللهُ تَعَالَى) جُمْلَةٌ دُعَائِيَّةٌ (أَنْ أَعْمَلَ مُخْتَصَراً) هُوَ مَا قَلَّ لَفْظُهُ وَكَثُرَ مَعْنَاهُ (فِي الْفِقْهِ) هُوَ لُغَةً الفَهْمُ. وَاصْطِلَاحاً العِلْمُ بِالأَحْكَامِ الشَّرْعِيَّةِ العَمَلِيَّةِ المُكْتَسَبِ مِنْ أَدِلَّتِهَا التَّفْصِيْلِيَّةِ.


Selanjutnya Mushannif (Pengarang kitab matan Taqrib) menuturkan, beliau diminta untuk mengarang kitab mukhtashor ini dengan ungkapan: “Sebagian teman memintaku  - “الأَصْدِقَاءِ” adalah jama’ dari lafad “صَدِيْقٍ” - ungkapan semoga Allah menjaga mereka adalah ungkapan doa, untuk membuat kitab muhtashor yaitu kitab yang sedikit lafadnya namun luas maknanya dalam ilmu fiqh -menurut bahasa, Fiqh adalah faham dan menurut istilah adalah pengetahuan tentang ketentuan-ketentuan syari’at  yang berhubungan dengan perbuatan, yang diambil dari dalil-dalil tafshili-.[2]


(عَلَى مَذْهَبِ الإِمَامِ) الأَعْظَمِ المُجْتَهِدِ نَاصِرِ السُّنَّةِ وَالدِّيْنِ أَبِي عَبْدِ اللهِ مُحَمَّدٍ بْنِ إِدْرِيْسٍ بْنِ العَّبَّاسِ بْنِ عُثْمَانَ بْنِ شَافِعٍ. (الشَّافِعِيِّ) وُلِدَ بِغُزَّةَ سَنَةَ خَمْسِيْنَ وَمِائَةٍ وَمَاتَ (رَحْمَةُ اللهِ عَلَيْهِ وَرِضْوَانُهُ) يَوْمَ الجُمْعَةِ سَلْخَ رَجَبَ سَنَةَ أَرْبَعٍ وَمِائَتَيْنِ.


Sesuai dengan madzhab seorang Imam yang luhur, seorang mujtahid, pembela hadis dan agama, Abi Abdillah Muhammad ibn Idris ibn Al-’Abbas ibn ‘Utsman ibn Syafi’ As-Syafi’i beliau dilahirkan di Gaza tahun 150 H dan wafat semoga Rahmat dan Ridlo Allah terlimpah pada beliau pada hari Jumat akhir bulan Rajab tahun 204 H.


وَوَصَفَ المُصَنِّف مُخْتَصَرَهُ بِأَوْصَافٍ مِنْهَا أَنَّهُ (فِي غَايَةِ الاِخْتِصَارِ وَنِهَايَةِ الإِيْجَازِ) وَالغَايَةُ وَالنِّهَايَةُ مُتَقَارِبَانِ وَكَذَا الاِخْتِصَارُ وَالإِيْجَازُ. وَمِنْهَا أَنَّهُ (يَقْرُبُ عَلَى المُتَعَلِّمِ) لِفُرُوْعِ الفِقْهِ (دَرْسُهُ وَيَسْهُلُ عَلَى المُبْتَدِىءِ حِفْظُهُ) أيْ اسْتِحْضَارُهُ عَلَى ظَهْرِ قَلْبٍ لِمَنْ يَرْغَبُ فِي حِفْظِ مُخْتَصَرٍ فِي الفِقْهِ.


Pengarang memberi resensi atas kitab mukhtashornya dengan beberapa sifat yang diantaranya bahwa mukhtashor ini Sangat ringkas dan paling sederhana makna kata “الغَايَةُ” dan “النِّهَايَةُ” berdekatan begitu juga kata “الاِخْتِصَارُ” dan “الإِيْجَازُ”. Diantaranya lagi bahwa mukhtashor ini mudah bagi orang yang mempelajari ilmu furu’ fiqih untuk dipelajari dan mudah bagi pemula untuk dihafal). Maksudnya mudah mengingatnya di luar kepala, bagi orang yang gemar menghafal kitab mukhtashor ilmu fiqih.


(وَ) سَأَلَنِي أَيْضاً بَعْضُ الأَصْدِقَاءِ (أَنْ أُكْثِرَ فِيْهِ) أي المُخْتَصَرِ (مِنَ التَّقْسِيْمَاتِ) لِلْأَحْكَامِ الفِقْهِيَّةِ (وَ) مِنْ (حَصْرِ) أيْ ضَبْطِ (الخِصَالِ) الوَاجِبَةِ وَالمَنْدُوْبَةِ وَغَيْرِهِمَا


Dan sebagian teman memintaku juga untuk memperbanyak didalamnya maksudnya dalam kitab mukhtashor ini pembagian-pembagian hukum fiqh dan membatasi bilangan maksudnya menentuan batasan permasalahnya baik yang wajib, sunah atau yang lainnya.


(فَأَجِبْتُهُ إِلَى) سُؤَالِهِ فيِ (ذَلِكَ طَالِباً لِلثَّوَابِ) مِنَ اللهِ تَعَالَى جَزَاءً عَلَى تَصْنِيْفِ هَذَا المُخْتَصَرِ (رَاغِباً إِلَى اللهِ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى) فِي الإِعَانَةِ مِنْ فَضْلِهِ عَلَى تَمَامِ هَذَا المُخْتَصَرِ وَ(فِي التَّوْفِيْقِ لِلصَّوَابِ) وَهُوَ ضِدُّ الخَطَأِ (إِنَّهُ) تَعَالَى (عَلَى مَا يَشَاءُ) أي يُرِيْدُ (قَدِيْرٌ) أي قَادِرٌ (وَبِعِبَادِهِ لَطِيْفٌ خَبِيْرٌ) بِأَحْوَالِ عِبَادِهِ. وَالْأَوَّلُ مُقْتَبَسٌ مِنْ قَوْلِهِ تَعَالَى: {اللهُ لَطِيفٌ بِعِبَادِهِ}  وَالثَّانِي مِنْ قَوْلِهِ تَعَالَى: {وَهُوَ الحكِيمُ الخبيرُ} وَاللَّطِيْفُ وَالخَبِيْرُ اسْمَانِ مِنْ أَسْمَائِهِ تَعَالَى. وَمَعْنَى الأَوَّلِ العَالِمُ بِدَقَائِقِ الأُمُوْرِ وَمُشْكِلَاتِهَا. وَيُطْلَقُ أَيْضاً بِمَعْنَى الرَّفِيْقِ بِهِمْ. فَاللهُ تَعَالَى عَالِمٌ بِعِبَادِهِ. وَبِمَوَاضِعِ حَوَائِجِهِمْ. رَفِيْقٌ بِهِمْ. وَمَعْنىَ الثَّانِي قَرِيْبٌ مِنْ مَعْنَى الأَوَّلِ. وَيُقَالُ خَبَرْتُ الشَّيْءَ أَخْبَرُهُ فَأَنَا بِهِ خَبِيْرٌ أَيْ عَلِيْمٌ.


Maka aku menyetujui permintaan untuk membuatnya dengan mengharap pahala dari Allah ta’ala, sebagai balasan atas usaha mengarang kitab ini seraya mengharap pada Allah SWT.  pertolongan dari sifat keagungan-Nya atas kesempurnaan kitab mukhtashor ini dan  pertolongan untuk mendapatkan kebenaran. “الصَّوَاب  adalah kebalikan dari “الخَطَأ” (kesalahan). Sesungguhnya Allah ta’ala terhadap apa yang dikehendaki maksudnya diinginkannya adalah Dzat yang berkuasa, maksudnya mampu (merealisasikannya) dan terhadap hamba-hamba-Nya adalah Dzat yang Maha Mengasihi dan Maha Mengetahui atas tingkah laku hamba-hamba-Nya . Ungkapan yang pertama “خَبِيْرٌ” diambil dari firman Allah ta’ala:  {اللهُ لَطِيفٌ بِعِبَادِهِ}
Artinya: “Allah Maha lembut terhadap hamba-hamba-Nya”. (QS. As-Syura 19)
dan yang kedua “لَطِيْفٌ” dari firman-Nya
{وَهُوَ الحَكِيْمُ الخَبِيْرُ} 
Artinya: “dan Dialah yang Maha Bijaksana lagi Maha mengetahui”. (QS. Al-An’aam 18)
Kata “اللَّطِيْفُ” dan “الخَبِيْرُ” adalah dua nama dari nama-nama Allah ta’ala. Makna yang pertama adalah dzat yang mengetahui perkara-perkara yang detail dan yang rumit. Juga diungkapkan dengan makna yang berbelas-kasihan pada mereka. Maka Allah ta’ala adalah Dzat Yang Maha Mengetahui hamba-hambanya dan tempat kebutuhan mereka serta mengasihi mereka. Makna lafad yang kedua berdekatan dengan makna lafad yang pertama. Diungkapkan “خَبَرْتُ الشَّيْءَ أَخْبَرُهُ فَأَنَا بِهِ خَبِيْرٌ” artinya : saya telah mengerti tentang sesuatu, saya sedang mengerti tentangnya maka saya adalah orang yang mengerti tentangnya, maksudnya mengetahui.


قَالَ المُصَنِّف رَحِمَهُ اللهُ تَعَالَى.


Mushannif berkata - semoga Allah memberi rahmat pada beliau - :









[1] Penyebutan “مُدَّةَ ذِكْرِ الذَّاكِرِيْنَ وَسَهْوِ الغَافِلِيْنَ” bertujuan agar sholawat dan salam tetap tercurahkan kepada Nabi, keluarga dan Shahabat beliau dalam semua waktu yang ada di dunia ini. Sebab waktu yang ada dalam dunia ini tidak lepas dari adanya mengingat kepada Allah atau Nabi Muhammad atau lupa dari keduanya.
[2] Ketentuan-ketentuan syariat atau fiqh diperoleh dari dalil tafshily yang diolah menggunakan dalil ijmaly. Dalil tafshily adalah dalil-dalil yang menjadi sumber hukum fiqh, meliputi al-Quran, Hadis, ijma’, Qiyas dan beberapa sumber hukum yang eksistensinya masih diperselisihkan ulama, seperti istishab, istihsan, qoul shohabat, mashlahah mursalah. Dalil ijmaly adalah kaedah-kaedah yang digunakan untuk memahami sumber-sumber hukum islam, terangkum sebagai ilmu ushul fiqh.

No comments: