بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ
الرَّحِيْمِ
قَالَ الشَّيْخُ
الإِمَامُ العَالِمُ العَلَّامَةُ شَمْسُ الدِّيْنِ أَبُوْ عَبْدِ اللهِ مُحَمَّدِ
بْنِ قَاسِمٍ الشَّافِعِيِّ تَغَمَّدَهُ اللهُ بِرَحْمَتِهِ وَرِضْوَانِهِ آمِينْ:
Dengan menyebut nama Allah yang maha pengasih lagi maha
penyayang. Al-Syaikh Al-Imam Al-’Alim Al-’Allamah Syams Ad-Din Abu ‘Abdillah
Muhammad Ibn Qosim As-Syafi’I - semoga Allah melimpahkan Rahmat dan Ridlo
kepada beliau, amin - berkata:
الحَمْدُ لِلهِ
تَبَرُّكاً بِفَاتِحَةِ الْكِتَابِ لِأَنَّهَا ابْتِدَاءُ كُلِّ أَمْرٍ ذِيْ بَالٍ.
وَخَاتِمَةُ كُلِّ دُعَاءٍ مُجَابٍ. وَآخِرُ دَعْوَى المُؤْمِنِيْنَ فِي
الْجَنَّةِ دَارِ الثَّوَابِ. أَحْمَدُهُ أَنْ وَفَّقَ مَنْ أَرَادَ مِنْ
عِبَادِهِ لِلتَّفَقُّهِ فِي الدِّيْنِ عَلَى وِفْقِ مُرَادِهِ. وَأُصَلِّي
وَأُسَلِّمُ عَلَى أَفْضَلِ خَلْقِهِ مُحَمَّدٍ سَيِّدِ الْمُرْسَلِيْنَ.
الْقَائِلِ: "مَنْ يُرِدِ اللهُ بِهِ خَيْراً يُفَقِّهْهُ فِي
الدِّيْنِ" وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ مُدَّةَ ذِكْرِ الذَّاكِرِيْنَ وَسَهْوِ
الغَافِلِيْنَ.
Al-Hamdu
Lillah (segala puji bagi Allah) dengan berharap keberkahan Surat Pembuka
Al-Quran, karena hamdalah merupakan awalan dari tiap-tiap hal yang mengandung
kebaikan, pungkasan setiap doa yang dikabulkan dan akhiran doa orang-orang
mukmin di surga tempat pemberian balasan pahala. Saya memuji Allah, karena
telah member pertolongan siapa saja yang dikehendaki-Nya dari para
hamba-hamba-Nya yang ingin mendalami agama sesuai dengan apa yang
dikehendaki-Nya.
Saya
bersholawat dan salam kepada makhluq-Nya yang paling Utama, Muhammad, Sang
Junjungan para Rasul, yang bersabda: “Barang siapa yang Allah menghendakinya
menjadi baik maka Allah akan menjadikannya faham terhadap ajaran agama”. Dan
kepada keluarga dan Shahabat Nabi, selama masih ingatnya orang-orang yang ingat
(kepada Allah atau Rasulullah) dan lalainya orang-orang yang lalai (dari
keduanya).[1]
(وَبَعْدُ): هَذَا كِتَابٌ فِي
غَايَةِ الْاِخْتِصَارِ وَالتَّهْذِيْبِ. وَضَعْتُهُ عَلَى الْكِتَابِ المُسَمَّى
بِالتَّقْرِيْبِ لِيَنْتَفِعَ بِهِ المُحْتَاجُ مِنَ المُبْتَدِئِيْنَ لِفُرُوْعِ
الشَّرِيْعَةِ وَالدِّيْنِ. وَلِيَكُوْنَ وَسِيْلَةً لِنَجَاتِيْ يَوْمَ الدِّيْنِ.
وَنَفْعاً لِعِبَادِهِ المُسْلِمِيْنَ إِنَّهُ سَمِيْعٌ دُعَاءَ عِبَادِهِ.
وَقَرِيْبٌ مُجِيْبٌ. وَمَنْ قَصَدَهُ لَا يَخِيْبُ {وَإذَا سَأَلَكَ عِبَادِي
عَنِّي فَإنِّي قَرِيبٌ}
Selanjutnya,
kitab Syarah ini adalah kitab yang sangat ringkas dan telah maksimal
pembenahannya. Saya mengarangnya (untuk menjelaskan) terhadap kitab yang
berjudul “at-Taqriib” dengan tujuan supaya orang yang membutuhkan dari sekian
para pemula dalam memahami masalah furu’ syari’at dan agama, bisa mengambil
manfaat dari kitab itu. Dan semoga kitab ini dapat menjadi pengantar
keselamatan saya di Hari Pembalasan nanti serta bermanfaat bagi hamba-hamba-Nya
yang muslim. Karena sesungguhnya Dia Maha mendengar doa hamba-hamba-Nya, Maha
dekat lagi Maha mengabulkan doa. Siapapun yang mau menuju pada-Nya maka dia
tidak akan rugi. (Dalam firman-Nya disebutkan) : “ Jika hamba-hamba-Ku bertanya
padamu tentang Aku maka (jawablah): sesungguhnya Aku Maha Dekat” (QS.
Al-Baqoroh ayat 186)
وَ اعْلَمْ أَنَّهُ
يُوْجَدُ فِي بَعْضِ نُسَخِ هَذَا الْكِتَابِ فِي غَيْرِ خُطْبَتِهِ تَسْمِيَّتُهُ
تَارَةً بِالتَّقْرِيْبِ. وَتَارَةً بِغَايَةِ الاِخْتِصَارِ. فَلِذَلِكَ
سَمَّيْتُهُ بِاسْمَيْنِ أَحَدُهُمَا: (فَتْحُ القَرِيْبِ المُجِيْبِ) فِي شَرْحِ
أَلْفَاظِ التَّقْرِيْبِ. وَالثَّانِي: "القَوْلُ المُخْتَارُ فِي شَرْحِ
غَايَةِ الْاِخْتِصَارِ".
Ketahuilah
bahwa dalam sebagian dari beberapa salinan kitab Taqrib ini - bukan dalam
pembukaannya - sekali tempo ditemukan pemberian nama kitab ini dengan nama
“at-Taqriib”, dan pada yang lain ditemukan nama “Ghoyatu al-Ikhtishor”. Maka
dari itu, saya menamakan kitab saya ini dengan dua nama. Yang pertama “Fat-hu
Al-Qorib Al-Mujib fi Syarhi alfadz at-Taqriib” (Pengetahuan dari Yang Maha
Dekat lagi Maha mengabulkan, dalam menjelaskan ungkapan-ungkapan kitab at-Taqriib).
Yang kedua “al-Qoul Al-Mukhtar fi Syarhi Ghoyati al-Ikhtishor” (Pendapat yang
dipilih, dalam menjelaskan kitab Ghoyat al-Ikhtishor”).
قَالَ الشَّيْخُ
الإِمَامُ أَبُو الطَّيِّبِ: وَيَشْتَهِرُ أَيْضاً بِأَبِيْ شُجَاعٍ شِهَابُ
المِلَّةِ وَالدِّيْنِ أَحْمَدُ بْنُ الحُسَيْنِ بْنِ أَحْمَدَ الأَصْفَهَانِي
سَقَى اللهُ ثَرَاهُ صَبِيْبَ الرَّحْمَةِ وَالرِّضْوَانِ. وَأَسْكَنَهُ أَعْلَى
فَرَادِيْسِ الْجَنَانِ.
Syaikh
Imam Abu Thoyib, yang terkenal dengan sebutan Abi Syuja’ - Sang Cahaya Agama -
Ahmad ibn al-Husain ibn Ahmad Al-Ashfahani - semoga Allah menyirami pusara
beliau dengan tuangan Rahmat dan Ridlo serta menempatkannya di tempat yang
tinggi dalam surga firdaus - berkata:
(بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ
الرَّحِيْمِ) أَبْتَدِىءُ كِتَابِي هَذَا. وَ "الله" اسْمٌ لِلذَّاتِ
الوَاجِبِ الوُجُوْدِ. والرّحْمَنُ أَبْلَغُ مِنَ الرَّحِيْمِ. (الحَمْدُ لِلهِ)
هُوَ الثَّنَاءُ عَلَى اللهِ تَعَالَى بِالجَمِيْلِ عَلَى جِهَةِ التَّعْظِيْمِ
(رَبِّ) أي مَالِكِ (العَالَمِيْنَ) بِفَتْحِ اللَّامِ. وَهُوَ كَمَا قَالَ ابْنُ
مَالِكٍ اسْمُ جَمْعٍ خَاصٍّ بِمَنْ يَعْقِلُ لَا جَمْعٌ. وَمُفْرَدُهُ عَالَمٌ
بِفَتْحِ اللَّامِ. لِأَنَّهُ اسْمٌ عَامٌ لمِاَ سِوَى اللهِ تَعَالَى وَالجَمْعُ
خَاصٌّ بِمَنْ يَعْقِلُ.
Dengan
menyebut nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, saya memulai kitab
saya ini. “Allah” Adalah nama dari Dzat yang wajib wujud-Nya. Kata
Ar-Rahman lebih tinggi maknanya daripada kata Ar-Rahim. Al-Hamdu Lillah adalah
pujian indah kepada Allah ta’ala untuk mengagungkan. “Yang Mengatur” maksudnya
Yang Menguasai orang-orang alam. Lafad “العَالَمِيْنَ” dengan fathah pada huruf
Lamnya, sebagaimana dinyatakan oleh Ibnu Malik, adalah Isim Jama’ yang maknanya
terkhusus pada orang-orang yang berakal, bukan lafad Jama’. Sedangkan Mufrodnya
adalah “عَالَمٌ”dengan harakat fathah pada Lamnya. (Disebut isim jama’) sebab “عَالَمٌ” adalah kata benda yang maknanya mencakup semua hal selain
Allah ta’ala, namun makna lafad jama’nya (العَالَمِيْنَ) malah hanya tertentu pada
orang-orang yang berakal.
(وَصَلَّى اللهُ) وَسَلَّمَ
(عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ النَّبِيِّ) هُوَ بِالهَمْزِ وَتَرْكِهِ إِنْسَانٌ
أُوْحِيَ إِلَيْهِ بِشَرْعٍ يَعْمَلُ بِهِ. وَإِنْ لَمْ يُؤْمَرْ بِتَبْلِيْغِهِ
فَإِنْ أُمِرَ بِتَبْلِيْغِهِ فَنَبِيٌّ وَرَسُوْلٌ أَيْضاً. وَالمَعْنَى
يُنْشِىءُ الصَّلَاة وَالسَّلَامَ عَلَيْهِ. وَ "مُحَمَّدٌ" عَلَمٌ
مَنْقُوْلٌ مِنْ اسْمٍ مَفْعُوْلٍ المُضَعَّفِ العَيْنِ. وَ "النَّبِيُّ
"بَدَلٌ مِنْهُ أَوْ عَطْفُ بَيَانٍ عَلَيْهِ.
Semoga
Allah melimpahkan sholawat dan salam pada junjungan Kita Muhammad SAW sang
Nabi. Kata “النَّبِيِّ” baik yang menggunakan hamzah atau tidak,
memiliki makna seorang yang kepadanya diwahyukan sebuah syari’at untuk
diamalkan meskipun tidak diperintah untuk menyampaikannya (kepada umat). Jika
ia diperintah untuk menyampaikannya maka ia adalah nabi dan juga rasul. Makna
yang dikehendaki adalah semoga Allah memunculkan rahmat serta penghormatan dan
salam kepadanya. Kata “مُحَمَّدٌ” adalah nama yang diambil dari
isim maf’ul yang binaknya mudlo’af ‘ain. Kata “النَّبِيُّ” merupakan badal dari lafad “مُحَمَّدٍ” atau ‘athof bayannya.
(وَ) عَلَى (آلِهِ الطَّاهِرِيْنَ) هُمْ كَمَا قَالَ الشَّافِعِيُّ
أَقَارِبُهُ المُؤْمِنُوْنَ مِنْ بَنِي هَاشِمٍ. وَبَنِي المُطَلِّبِ. وَقِيْلَ
وَاخْتَارَهُ النَّوَوِيُّ: إِنَّهُمْ كُلُّ مُسْلِمٍ. وَلَعَلَّ قَوْلَهُ
الطَّاهِرِيْنَ مُنْتَزَعٌ مِنْ قَوْلِهِ تَعَالَى: {وَيُطَهِّرُكُمْ تَطْهِيْرًا}
Dan
semoga terlimpahkan kepada keluarga Beliau yang suci. Makna “آلِهِ” sebagaimana pernah diungkapkan oleh Imam As-Syafi’i adalah
kerabat-kerabat Nabi yang beriman, dari Bani Hasyim dan Bani Mutholib. Dan ada
yang berpendapat – dan pendapat ini adalah pendapat yang dipilih oleh Imam
An-Nawawi- Mereka adalah setiap orang Muslim. Kelihatannya kata “الطَّاهِرِيْنَ” diambil dari firman Allah:
وَيُطَهِّرُكُمْ تَطْهِيْرًا
Artinya:
“dan Dia membersihkan kalian dengan sebenar-benarnya”. (Surat Al-Ahzab ayat 33)
(وَ) عَلَى
(صَحَابَتِهِ) جَمْعُ صَاحِبِ النَّبِيِّ وَقَوْلُهُ (أَجْمَعِيْنَ) تَأْكِيْدٌ
لِصَحَابَتِهِ.
Dan
semoga terlimpahkan pada Shohabat beliau. Kata “صَحَابَتِهِ” merupakan jama’ lafad “صَاحِبِ”. Dan ungkapan Mushannif “أَجْمَعِيْنَ” taukid (penguat makna) bagi
lafad “صَحَابَتِهِ”.
ثُمَّ ذَكَرَ المُصَنِّف أَنَّهُ
مَسْؤُوْلٌ فِي تَصْنِيْفِ هَذَا المُخْتَصَرِ بِقَوْلِهِ: (سَأَلَنِي بَعْضُ الأَصْدِقَاءِ)
جَمْعُ صَدِيْقٍ. وَقَوْلُهُ: (حَفَظَهُمُ اللهُ تَعَالَى) جُمْلَةٌ دُعَائِيَّةٌ
(أَنْ أَعْمَلَ مُخْتَصَراً) هُوَ مَا قَلَّ لَفْظُهُ وَكَثُرَ مَعْنَاهُ (فِي
الْفِقْهِ) هُوَ لُغَةً الفَهْمُ. وَاصْطِلَاحاً العِلْمُ بِالأَحْكَامِ
الشَّرْعِيَّةِ العَمَلِيَّةِ المُكْتَسَبِ مِنْ أَدِلَّتِهَا التَّفْصِيْلِيَّةِ.
Selanjutnya
Mushannif (Pengarang kitab matan Taqrib) menuturkan, beliau diminta untuk
mengarang kitab mukhtashor ini dengan ungkapan: “Sebagian teman memintaku - “الأَصْدِقَاءِ” adalah jama’ dari lafad “صَدِيْقٍ” - ungkapan semoga Allah menjaga mereka adalah ungkapan doa,
untuk membuat kitab muhtashor yaitu kitab yang sedikit lafadnya namun luas
maknanya dalam ilmu fiqh -menurut bahasa, Fiqh adalah faham dan menurut
istilah adalah pengetahuan tentang ketentuan-ketentuan syari’at yang berhubungan dengan perbuatan, yang
diambil dari dalil-dalil tafshili-.[2]
(عَلَى مَذْهَبِ الإِمَامِ) الأَعْظَمِ المُجْتَهِدِ نَاصِرِ
السُّنَّةِ وَالدِّيْنِ أَبِي عَبْدِ اللهِ مُحَمَّدٍ بْنِ إِدْرِيْسٍ بْنِ
العَّبَّاسِ بْنِ عُثْمَانَ بْنِ شَافِعٍ. (الشَّافِعِيِّ) وُلِدَ بِغُزَّةَ
سَنَةَ خَمْسِيْنَ وَمِائَةٍ وَمَاتَ (رَحْمَةُ اللهِ عَلَيْهِ وَرِضْوَانُهُ)
يَوْمَ الجُمْعَةِ سَلْخَ رَجَبَ سَنَةَ أَرْبَعٍ وَمِائَتَيْنِ.
Sesuai
dengan madzhab seorang Imam yang luhur, seorang mujtahid, pembela hadis dan
agama, Abi Abdillah Muhammad ibn Idris ibn Al-’Abbas ibn ‘Utsman ibn Syafi’
As-Syafi’i beliau dilahirkan di Gaza tahun 150 H dan wafat semoga Rahmat dan
Ridlo Allah terlimpah pada beliau pada hari Jumat akhir bulan Rajab tahun 204
H.
وَوَصَفَ المُصَنِّف مُخْتَصَرَهُ بِأَوْصَافٍ مِنْهَا أَنَّهُ (فِي غَايَةِ
الاِخْتِصَارِ وَنِهَايَةِ الإِيْجَازِ) وَالغَايَةُ وَالنِّهَايَةُ
مُتَقَارِبَانِ وَكَذَا الاِخْتِصَارُ وَالإِيْجَازُ. وَمِنْهَا أَنَّهُ (يَقْرُبُ
عَلَى المُتَعَلِّمِ) لِفُرُوْعِ الفِقْهِ (دَرْسُهُ وَيَسْهُلُ عَلَى
المُبْتَدِىءِ حِفْظُهُ) أيْ اسْتِحْضَارُهُ عَلَى ظَهْرِ قَلْبٍ لِمَنْ يَرْغَبُ
فِي حِفْظِ مُخْتَصَرٍ فِي الفِقْهِ.
Pengarang
memberi resensi atas kitab mukhtashornya dengan beberapa sifat yang diantaranya
bahwa mukhtashor ini Sangat ringkas dan paling sederhana makna kata “الغَايَةُ” dan “النِّهَايَةُ” berdekatan begitu juga kata “الاِخْتِصَارُ” dan “الإِيْجَازُ”. Diantaranya lagi bahwa
mukhtashor ini mudah bagi orang yang mempelajari ilmu furu’ fiqih untuk
dipelajari dan mudah bagi pemula untuk dihafal). Maksudnya mudah mengingatnya
di luar kepala, bagi orang yang gemar menghafal kitab mukhtashor ilmu fiqih.
(وَ) سَأَلَنِي أَيْضاً بَعْضُ الأَصْدِقَاءِ (أَنْ أُكْثِرَ فِيْهِ) أي
المُخْتَصَرِ (مِنَ التَّقْسِيْمَاتِ) لِلْأَحْكَامِ الفِقْهِيَّةِ (وَ) مِنْ
(حَصْرِ) أيْ ضَبْطِ (الخِصَالِ) الوَاجِبَةِ وَالمَنْدُوْبَةِ وَغَيْرِهِمَا
Dan
sebagian teman memintaku juga untuk memperbanyak didalamnya maksudnya dalam
kitab mukhtashor ini pembagian-pembagian hukum fiqh dan membatasi bilangan
maksudnya menentuan batasan permasalahnya baik yang wajib, sunah atau yang
lainnya.
(فَأَجِبْتُهُ إِلَى) سُؤَالِهِ فيِ (ذَلِكَ طَالِباً لِلثَّوَابِ) مِنَ اللهِ
تَعَالَى جَزَاءً عَلَى تَصْنِيْفِ هَذَا المُخْتَصَرِ (رَاغِباً إِلَى اللهِ
سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى) فِي الإِعَانَةِ مِنْ فَضْلِهِ عَلَى تَمَامِ هَذَا
المُخْتَصَرِ وَ(فِي التَّوْفِيْقِ لِلصَّوَابِ) وَهُوَ ضِدُّ الخَطَأِ (إِنَّهُ)
تَعَالَى (عَلَى مَا يَشَاءُ) أي يُرِيْدُ (قَدِيْرٌ) أي قَادِرٌ (وَبِعِبَادِهِ
لَطِيْفٌ خَبِيْرٌ) بِأَحْوَالِ عِبَادِهِ. وَالْأَوَّلُ مُقْتَبَسٌ مِنْ قَوْلِهِ
تَعَالَى: {اللهُ لَطِيفٌ بِعِبَادِهِ}
وَالثَّانِي مِنْ قَوْلِهِ تَعَالَى: {وَهُوَ الحكِيمُ الخبيرُ}
وَاللَّطِيْفُ وَالخَبِيْرُ اسْمَانِ مِنْ أَسْمَائِهِ تَعَالَى. وَمَعْنَى
الأَوَّلِ العَالِمُ بِدَقَائِقِ الأُمُوْرِ وَمُشْكِلَاتِهَا. وَيُطْلَقُ أَيْضاً
بِمَعْنَى الرَّفِيْقِ بِهِمْ. فَاللهُ تَعَالَى عَالِمٌ بِعِبَادِهِ.
وَبِمَوَاضِعِ حَوَائِجِهِمْ. رَفِيْقٌ بِهِمْ. وَمَعْنىَ الثَّانِي قَرِيْبٌ مِنْ
مَعْنَى الأَوَّلِ. وَيُقَالُ خَبَرْتُ الشَّيْءَ أَخْبَرُهُ فَأَنَا بِهِ
خَبِيْرٌ أَيْ عَلِيْمٌ.
Maka aku
menyetujui permintaan untuk membuatnya dengan mengharap pahala dari Allah
ta’ala, sebagai balasan atas usaha mengarang kitab ini seraya mengharap pada
Allah SWT. pertolongan dari sifat
keagungan-Nya atas kesempurnaan kitab mukhtashor ini dan pertolongan untuk mendapatkan kebenaran. “الصَّوَاب” adalah kebalikan dari “الخَطَأ” (kesalahan). Sesungguhnya Allah ta’ala terhadap apa yang
dikehendaki maksudnya diinginkannya adalah Dzat yang berkuasa, maksudnya mampu
(merealisasikannya) dan terhadap hamba-hamba-Nya adalah Dzat yang Maha
Mengasihi dan Maha Mengetahui atas tingkah laku hamba-hamba-Nya . Ungkapan yang
pertama “خَبِيْرٌ” diambil dari firman Allah ta’ala: {اللهُ لَطِيفٌ بِعِبَادِهِ}
Artinya:
“Allah Maha lembut terhadap hamba-hamba-Nya”. (QS. As-Syura 19)
dan yang
kedua “لَطِيْفٌ” dari firman-Nya
{وَهُوَ الحَكِيْمُ الخَبِيْرُ}
Artinya:
“dan Dialah yang Maha Bijaksana lagi Maha mengetahui”. (QS. Al-An’aam 18)
Kata “اللَّطِيْفُ” dan “الخَبِيْرُ” adalah dua nama dari nama-nama
Allah ta’ala. Makna yang pertama adalah dzat yang mengetahui perkara-perkara
yang detail dan yang rumit. Juga diungkapkan dengan makna yang berbelas-kasihan
pada mereka. Maka Allah ta’ala adalah Dzat Yang Maha Mengetahui hamba-hambanya
dan tempat kebutuhan mereka serta mengasihi mereka. Makna lafad yang kedua
berdekatan dengan makna lafad yang pertama. Diungkapkan “خَبَرْتُ الشَّيْءَ أَخْبَرُهُ فَأَنَا بِهِ خَبِيْرٌ” artinya : saya telah mengerti tentang
sesuatu, saya sedang mengerti tentangnya maka saya adalah orang yang mengerti
tentangnya, maksudnya mengetahui.
قَالَ المُصَنِّف رَحِمَهُ اللهُ تَعَالَى.
Mushannif
berkata - semoga Allah memberi rahmat pada beliau - :
[1]
Penyebutan “مُدَّةَ ذِكْرِ الذَّاكِرِيْنَ وَسَهْوِ الغَافِلِيْنَ”
bertujuan agar sholawat dan salam tetap tercurahkan kepada Nabi, keluarga dan
Shahabat beliau dalam semua waktu yang ada di dunia ini. Sebab waktu yang ada
dalam dunia ini tidak lepas dari adanya mengingat kepada Allah atau Nabi
Muhammad atau lupa dari keduanya.
[2]
Ketentuan-ketentuan
syariat atau fiqh diperoleh dari dalil tafshily yang diolah menggunakan dalil
ijmaly. Dalil tafshily adalah dalil-dalil yang menjadi sumber hukum fiqh,
meliputi al-Quran, Hadis, ijma’, Qiyas dan beberapa sumber hukum yang
eksistensinya masih diperselisihkan ulama, seperti istishab, istihsan, qoul
shohabat, mashlahah mursalah. Dalil ijmaly adalah kaedah-kaedah yang digunakan
untuk memahami sumber-sumber hukum islam, terangkum sebagai ilmu ushul fiqh.
No comments:
Post a Comment